Lihat ke Halaman Asli

Benito Rio Avianto

Ekonom, Statistisi, Pengamat ASEAN, Alumni STIS dan UGM

Sejarah Berdirinya ASEAN dan Peran Indonesia sebagai The Founding Father

Diperbarui: 25 Juli 2022   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejarah Berdirinya ASEAN dan Peran Indonesia sebagai Salah Satu the Founding Father

Oleh: Benito Rio Avianto

Ahli Ekonomi ASEAN/Analis Kebijakan Ahli Muda, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian/Ketua Dewan MEA Indonesia

Pada bulan Agustus 1967, di Laem Thaen, Bang Saen Beach, Thailand, 5 (lima) Menteri Luar Negeri Asia Tenggara yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura, selanjutnya dikenal sebagai "The Founding fathers of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)" berkumpul bersama-sama, memelopori teks singkat dan sederhana dari sebuah dokumen berisi hanya lima artikel yang menandai embrio terbentuknya kerjasama di kawasan. Sejarah berdirinya ASEAN diawali karena beberapa kesamaan negara-negara pendirinya serta konflik yang terjadi saat itu.

Para negarawan tersebut duduk bersama-sama untuk membuat sejarah pada 8 Agustus 1967, di ruang utama Gedung Departemen Luar Negeri, Thailand. Pidato dan pesan mereka pergi jauh melampaui masanya, karena mereka mewakili negara mereka dan impian serta aspirasi dari lima ratus juta orang dari negara masing-masing di Kawasan Asia Tenggara.

Kita tidak bisa bertahan lama sebagai orang-orang independen tetapi terisolasi kecuali kita berpikir dan bertindak bersama-sama dan kecuali kita membuktikan perbuatan yang kita milik sebagai keluarga bangsa-bangsa Asia Tenggara Demikian disampaikan Tun Abdul Razak, Deputi Perdana Menteri Malaysia. Tahun 1960-an merupakan masa-masa yang sulit bagi negara di Asia Tenggara. Ada sejumlah perselisihan yang terjadi baik secara internal maupun eksternal.

Ekonomi terfragmentasi di Asia Tenggara, dengan masing-masing negara mengejar sendiri terbatas tujuan dan menghilangkan daya dalam upaya saling tumpang tindih atau bahkan bertentangan yaqng akhirnya membawa benih kelemahan. Untuk itu ASEAN karena masih belum dimanfaatkan potensi wilayah yang kaya ini melalui tindakan membuka peluang lebih besar, demikian pernyataan H.E Narciso Ramos, Sekretaris Kementerian Luar negeri Filipina.

H.E Adam Malik, Presidium Menteri untuk Urusan Politik dan Menteri Luar Negeri Indonesia membayangkan bahwa wilayah ASEAN yang dapat berdiri di atas kaki sendiri, cukup kuat untuk mempertahankan diri melawan pengaruh negatif dari luar wilayah. H.E Rajaratnam, Menteri Luar Negeri Republik Singapura menyatakan kita harus tidak hanya memikirkan kepentingan nasional kita tetapi menempatkan mereka terhadap kepentingan kawasan: itu adalah cara baru untuk berpikir tentang masalah kami.

Pada hari itu, 8 Agustus 1967, mereka para pendiri ASEAN menandatangani Deklarasi Bangkok yang ditetapkan dalam gerakan pembentukan organisasi regional yang dikenal sebagai Association South East Asian Nations (ASEAN) sebagai "kerjasama kolektif yang mewakili bangsa-bangsa Asia Tenggara" untuk mengikat diri bersama-sama dalam persahabatan dan kerjasama dan melalui usaha dan pengorbanan bersama, aman untuk bangsa mereka dan generasi mendatang berkat perdamaian, kebebasan dan kesejahteraan.

Menteri luar negeri Kerajaan Thailand, Thanat Khoman yang membesarkan ide ASEAN untuk rekan-rekannya dari Malaysia dan Indonesia mengatakan  bahwa apa yang kita telah putuskan hari ini adalah hanya permulaan kecil dari apa yang kita harapkan akan menjadi keberlangsungan yang lama dan terus menerus, serta orang-orang yang akan bergabung dengan kami kemudian dan generasi yang akan datang dapat dibanggakan.

Selanjutnya Brunei Darussalam kemudian bergabung pada 7 Januari 1984, Viet Nam pada tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar pada tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja pada tanggal 30 April 1999, menandakan lengkapnya lengkapnya kesepuluh negara di Asia Tenggara bergabung dalam ASEAN.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline