Lihat ke Halaman Asli

Benito Rio Avianto2

Dosen MK Statistika, Ekonomi indonesia, Metodologi Penelitian, & Metode Penelitian Kuantitatif

Monitoring Dana Replanting Sawit Menggunakan Teknologi Citra Berbasis Satelit dan ReRemote Sensing Berbasis GeoAI

Diperbarui: 19 Desember 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kelapa sawit merupakan komoditas penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia, baik terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), maupun sumbangannya terhadap ekspor non-migas. 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor utama komoditas nonmigas Indonesia melonjak US$39,6 miliar (50,79%) menjadi US$117,55 miliar pada bulan Januari-Agustus 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 3 komoditas utama dikontribusikan  oleh batu bara, kelapa sawit, dan besi baja. Nilai komoditas nonmigas tersebut melonjak 108,11% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. 

Nilai tersebut porsinya mencapai 16,49% dari total ekspor nonmigas Indonesia yang mencapai US$117,55 miliar. Ekspor minyak kelapa sawit mencapai US$19,37 miliar dengan porsi sebesar 16,5% dari total ekspor nonmigas.

Peran Sawit dalam Perekonomian Nasional

Kelapa sawit merupakan komoditas penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melaporkan pada tahun 2021 bahwa peran industri kelapa sawit ke perekonomian nasional hingga kini belum tergantikan. Industri sawit/CPO mampu menyerap sedikitnya 16 juta tenaga kerja, setiap tahunnya industri tersebut juga berkontribusi sekitar 13,50% terhadap ekspor nonmigas dan menyumbang 3,50% kepada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada tahun 2021 Produk Domestik  Bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp 19.790,8 trilyun, berarti sawit menyumbangkan kontribusi sebesar Rp 587,678 trilyun (3,5%), suatu jumlah fantastis dari sebuah komoditi.  Sedangkan sumbangan sawit terhadap ekspor nonmigas Indonesia sebesar 13,5% atau setara dengan USD 29,61 juta (setara dengan Rp 41,4 trilyun).  Jumlah ini tentu saja sangat besar dan signifikan pada perekonomian melihat kontribusi sawit baik terhadap PDB maupun ekspor nonmigas Indonesia.

Peran sawit lainnya terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat juga aspek tenaga kerja yang bersifat padat karya. Tercatat industri sawit mampu menyerap tenaga kerja langsung 4.20 juta dan pekerja tidak langsung 12 juta orang. Selain itu, industri sawit juga menciptakan kemandirian energi melalui biodiesel (saat ini B30) dan bensin sawit (bensa) sehingga menghemat devisa dan berdampak positif terhadap lingkungan.

Perkebunan sawit nasional telah berkembang pesat, meluas baik ke hulu maupun hilir.Apalagi sejak pemerintah mengintensifkan optimalisasi kelapa sawit sejak tahun 1980-an dan berhasil menobatkan RI sebagai produsen CPO terbesar dunia menggeser Malaysia.  Hingga saat ini perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit telah tersebar lebih dari 200 kabupaten di Indonesia. Produksi minyak sawit mentah (CPO), minyak sawit inti (PKO), dan biomass telah menjadi penopang perekonomian bagi daerah-daerah sentra industri sawit tersebut.

Sektor hilir sawit pun berkembang dengan produk olahan, baik produk setengah jadi maupun produk jadi, termasuk di dalamnya, industri oleo pangan, industri oleokimia, biolubrikan, biofarmasi, dan bioenergi (biodiesel, biopremium, bioavtur). Industri sawit juga mampu menghidupkan sektor jasa lainnya, salah satunya di sektor perdagangan.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melaporkan hingga saat ini, produk turunan sawit sudah merambah ke bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan energi untuk bahan bakar hingga listrik. Selain dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, dalam pengembangan lebih lanjut juga dapat diolah menjadi bensin dan avtur. Saat ini, produk CPO Indonesia dan turunannya sebanyak 70% dari total produksi per tahun diekspor untuk kebutuhan global. Lebih dari 50% digunakan masyarakat internasional untuk kebutuhan pangan, sisanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan, obat-obatan, pembersih, dan lain sebagainya, bahkan juga untuk kebutuhan biofuel di negara lain. Dari total ekspor tersebut, sekitar 80% berupa produk turunan CPO. Hal ini menandakan peran strategis sawit dalam sektor pangan maupun energi yang menjadi kebutuhan dasar umat manusia.

Industri sawit dinilai mampu menjadi big-push industry yang juga memiliki big-impact dalam perekonomian Indonesia. Industri ini telah membuka lapangan pekerjaan yang cukup banyak, bahkan tidak terdampak pandemi yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya, serta menghasilkan devisa ekspor yang besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline