Lihat ke Halaman Asli

Ayo, Membentengi Diri dari Kriminalitas

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ada hal menarik ketika membicarakan kriminalitas di negara kita ini. Di negara yang sudah berlandaskan hukum dan pancasila ini tersimpan kenyataan pahit bahwa  kriminalitas masih marak terjadi di kalangan masyarakat.

Maraknya kriminalitas dapat dilihat dari jumlah kasus yang terjadi selama kurun setahun atau intensitas terjadinya kejahatan. Ketika membuka kompas.com, saya sangat terkejut ketika membaca sebuah artikel berjudul Setiap 91 Detik, Terjadi Satu Kejahatan di Indonesia. Dalam artikel tersebut, Wakil Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman menyampaikan bahwa setiap 91 detik terjadi satu kejahatan di Indonesia sepanjang 2012.  Beliau menyampaikan pernyataan tersebut dalam acara refleksi akhir tahun penegakan hukum dan HAM di Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Rabu (26/12/2012) silam. Pernyataan tersebut semakin mengukuhkan posisi negara tercinta ini sebagai negara yang rawan dengan kriminalitas.

Lantas, di mana sebenarnya kriminalitas itu terjadi?

Berdasarkan lokasinya, kriminalitas bisa terjadi di beberapa tempat. Pertama, kriminalitas yang terjadi di kendaraan umum. Beberapa waktu lalu, masyarakat sempat digemparkan oleh adanya tindak pemerkosaan penumpang oleh supir angkot. Belum lama berselang setelah kejadian pahit tersebut,  muncul lagi pemberitaan tentang adanya pelecehan terhadap penumpang wanita di kendaraan umum. Ada pula tindak kriminal yang dilakukan oleh pria berkedok sopir taksi. Supir gadungan itu  memalak penumpang dan mengambil seluruh harta benda si korban. Sungguh naas nasib penumpang karena keselamatan mereka tak lagi menjadi hal yang diutamakan.

Kedua, kriminalitas yang terjadi tempat umum seperti pasar, mall, konser, dan lain-lain. Kriminalitas bisa dilakukan di mana saja bahkan tempat umum sekalipun. Sebut saja para pencopet hape dan dompet yang sangat lihai mencabut benda berharga itu dari saku atau tas. Kerumunan massa tak jadi masalah, justru memberikan peluang besar untuk tidak ketahuan. Meski kadang harus bertaruh nyawa, mereka tetap melancarkan aksinya tanpa ragu.

Ketiga, kriminalitas yang terjadi di tempat sepi. Nah, tempat sepi seolah menjadi lahan basah bagi para pelaku. Jalan yang sepi kendaraan, tak banyak cahaya, dan jarang manusi seliweran adalah lokasi terbaik untuk melancarkan kriminalitas. Misalnya perampokan, pemerkosaan, penjambretan, pembunuhan, dan masih banyak lagi.

Saya pernah diberitahu teman kos tentang kisah mbak kosnya yang jatuh dari motor akibat penjambretan di jalan sepi. Kejadiannya bermula ketika si mbak kos pulang kerja sekita pukul 10 malam. Ketika sedang naik motor, tiba-tiba tasnya, yang diselempangkan di pundak,  ditarik oleh pengendara motor yang melintas di sampingnya. Kontan si mbak itu kehilangan keseimbangan dan jatuh dari motor. Lantas ada penduduk yang memergoki kecelakaan itu dan berteriak minta tolong. Si jambret pun mengambil langkah seribu sedangkan si mbak kos terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami cidera.

Siapa saja target dan korban kriminalitas?

Bicara tentang target dan korban, semua orang bisa berpotensi menjadi keduanya. Tak memandang usia, jenis kelamin, dan kasta. Namun memang, ada kalangan yang menjadi target utama dibandingkan kalangan yang lain. Kalangan tersebut adalah wanita dan anak-anak (remaja termasuk juga).

Bukan hal yang baru ketika wanita dijadikan target kriminalitas. Saat ini, banyak wanita yang uangnya sebanding bahkan lebih banyak dibandingkan pria. Namun, wanita memiliki kekuatan yang lebih lemah dibandingkan dengan lawan jenisnya. Pertimbangan ini membuat pelaku semakin suka menargetkan kaum wanita.

Target empuk kedua adalah anak-anak dan remaja. Saat ini, kasus pencabulan dan pelecehan seksual pada kedua kalangan itu semakin marak. Mulai dari kakek cabuli cucu, tetangga cabuli anak tetangga, penculikan, dan sebagainya. Kasus semacam itu semakin marak karena pelaku suka menargetkan anak-anak. Anak dan remaja belum memiliki pola pikir seperti orang dewasa sehingga mudah diintimidasi, dipaksa, dan dipengaruhi. Selain itu, mereka juga tidak sekuat orang dewasa. Sungguh gampang sekali menjadikan mereka sebagai target kriminalitas.


Oke. Sudah cukup kita mengupas habis tentang kriminalitas. Yang paling penting sekarang adalah bagaimana membentengi diri dari tindakan tersebut?

Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk membentengi diri dari maraknya kriminalitas.


  1. Kita harus memperkuat pertahanan diri sendiri

Kriminalitas memang bukan semata-mata muncul dari pelakunya, tapi juga karena kesempatan. Kira-kira begitulah yang sering dikatakan oleh Bang Napi. Kita tidak boleh membiarkan adanya kesempatan semacam itu. Kita harus berusaha menciptakan sebuah iklim yang positif, yang tidak memberikan kesempatan sedikitpun pada sesorang untuk berbuat jahat pada kita.

Caranya antara lain


  • Jangan menggunakan perhiasan dan aksesoris secara berlebihan. Bagi anda yang memiliki gadget mahal, jangan mengeluarkannya di tempat-tempat umum. Jangan meletakkan dompet di saku belakang. Benda semacam itu benar-benar mengundang penjahat untuk mencuri barang anda. Lebih baik, simpan benda-benda tersebut  di tas dan pakailah di rumah.
  • Jangan menggunakan pakaian yang ketat, tembus pandang, dan minim ketika berada di kendaraan umum. Pakaian semacam itu dapat mengundang nasfu jahanam pria untuk menimkati tubuh anda.
  • Jangan menggantungkan tas di sisi bahu, tetapi silangkanlah ke dada. Saya pikir, peringatan ini cukup menarik karena model tas yang beredar di pasaran sekarang hanya bisa digantungkan di bahu. Misalnya tote bag. Tas semacam ini sangat berbahaya bila digunakan di sembarang tempat. Modus penjambretan tas menargetkan wanita yang menggantungkan tas pada bahu yang terbuka atau berdekatan dengan sisi jalan. Lebih baik, kita menggunakan tas ransel bila bepergian jauh atau malam hari untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Jangan naik angkot atau kendaraan umum yang masih sangat sepi atau berjejalan penumpang. Kedua kondisi tersebut memberikan kesempatan pelaku untuk melancarkan aksinya.
  • Jangan berjalan atau berkendara sendirian ke tempat asing, sepi, dan malam hari. Ajaklah teman untuk menemani anda agar pelaku enggan melakukan kejahatan.

Meskipun kita sudah berusaha keras untuk memperkecil potensi kriminalitas, ada baiknya kita memiliki senjata rahasia. Apa itu? Jawabannya adalah pertahanan diri. Pertama, kita perlu membekali diri dengan ilmu bela diri. Minimal satu dua jurus untuk melumpuhkan lawan dan melarikan diri. Kedua, kita harus membekali diri dengan senjata. Misalnya semprotan merica, semprotan baygon, cutter, bahkan pistol peluru plastik. Kedua hal tersebut akan sangat bermanfaat ketika kita dalam keadaan terjepit. Apapun yang terjadi, kita harus membela diri.

2. Kita harus memperkuat pertahanan keluarga.

Kriminalitas telah menghatui semua lapisan masyarakat. oleh karena itu, kita juga perlu melindungi segenap anggota keluarga. Salah satu caranya adalah dengan menjaga mereka dari gangguan  atau pengaruh orang asing. Upaya ini penting dilakukan, terlebih lagi pada anggota keluarga yang masih muda. Mental yang belum kuat dan emosi yang meledak-ledak terkadang menjerumuskan mereka pada salah pergaulan sehingga menjadi sasaran empuk kriminalitas.


Nah, upaya membenteng diri dari kriminalitas tak akan sukses bila hanya dengan mengandalkan pertahanan diri sendiri dan keluarga. Perlu adanya sinergi antara pemerintah dan penegak hukum.

Pemerintah harus menyediakan payung hukum yangjelas dan kokoh. Payung hukum berperan penting untuk menjamin keselamatan masyarakat dari kriminalitas. Selain itu, keberadaan payung hukum ini menjadi landasan penegak hukum untuk mengadili para pelaku. Jangan sampai payung ini kemudian kalah dengan uang yang disodorkan oleh pelaku untuk menebus kesalahannya. Sungguh, hal semacam ini hanya akan menjadi bom waktu. Kriminalitas yang tak terselesaikan  selagi bisa akan menciptakan iklim kriminal yang tak akan bisa diselesaikan nantinya.

Penegak hukum harus sigap menghukum pelaku kriminalitas dan fokus menjaga keselamatan masyarakat. Pemberian hukuman yang setimpal pada pelaku akan memberikan efek jera padanya sekaligus   sebagai contoh bagi orang lain agar tidak melakukan hal yang sama. Penegak hukum harus memberikan hukuman yang setimpal dan seadil-adilnya agar korban pun merasakan keadilan.


Kriminalitas memang harus diwaspadai oleh siapa saja. Oleh karena itu, kita perlu membentengi diri dari bentuk kejahatan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline