Masa karantina masih belum usai, bisa jadi sampai lebaran nanti, sebulan lebih tidak bersua dengan teman, bulan dibilang teman kerja, karena kerja itu kan ada upah yang pasti. Kami ibarat setengah relawan yang menemani generasi bangsa usia balita mengenal bermain sambil belajar.
Kami hanya berlima yang aktif bertanya kabar lewat grup WA, dari 7 orang. Satu RW berdekatan tapi tak bersua ha ha ha. PSBB begitulah, walau saya pribadi masih sering mondar mandir sekedar keliling melepas kebosanan, menyapa tetangga kanan kiri. Tak melulu mengurung diri. Takut malah terjadi apa istilahnya? Sebentar saya lihat di Kompas.com dulu, nah dapat, Cabin Faver, bukan biskuit kabin ya, itu sih renyah he he. Cabin Fever ini _emosi atau perasaan sedih yang muncul akibat terlalu lama "terisolasi" di dalam rumah ataupun tempat tertentu.
Kadang terlalu sering ada yang menakut nakuti melarang keluar rumah, malah salah persepsi, tidak keluar sama sekali. Ya untuk beli satur saat tukang sayur lewat gak apa-apa. Yang dimaksud tidak boleh sering-sering keluar kota.
Cerita lagi ke teman relawati, saya sebut saja relawati ya, kenyataan demikian. Kami juga sebagai kader poayandu, jadi ada dua grup, kami lebih sering ngobrol, chit chat di grup yang banyak anggotanya. Bahkan ada yang membagikan cerita bersambung, entah mereka mengambil dari mana. Antusias sekali teman-teman membaca lalu membahas isi cerita sampai diselipkan emoticone menangis bila baper saat membaca.
Dan di grup kecil kami membahas tentang tugas yang akan diberikan untuk murid kecil kami di rumah. Memang tidak seseru yang grup posyandu. Kalau grup yang kecil grup pospaud.
Bisa chit chat sebentar menanyakan kabar dan saling bertukar informasi mampu mengurai kerinduan.
Biasanya kami bersama dalam satu ruangan selama 4 jam, ada cerita ada senda gurau tentang kelucuan murid-murid, saat ini berpuasa dulu karena Covid19.
Menggunakan media sosial, mengambil manfaat agar selalu bisa berinteraksi dengan teman. Jangan sampai merasa stres dan depresi yang disebut cabin fever tadi.
Dengan tetap berinteraksi maka akan mampu menghindari gejala cabin fever selama masa darurat virus corona antara lain:
* Kegelisahan
* Turunnya motivasi
* Mudah tersinggung
* Mudah putus asa
* Sulit berkonsentrasi
* Pola tidur tidak teratur
* Sulit bangun dari tidur
* Lemah lesu
* Sulit percaya pada orang di sekitar
* Tidak sabaran
* Merasa sedih dan depresi untuk waktu yang lama
Kami juga melakukan video call sewaktu waktu bila tidak disibukkan dengan pekerjaan rumah, ketawa ketiwi, lucunya ketika bingung mencari sinyal karena putus nyambung.
Bukan berarti tak bersua tak ada komunikasi. Karena saling bertegur sapa, mengingatkan dan membuat percakapan lucu disela-sela 'rapat online', akan sangat bermanfaat. Agar tetap terjalin silaturahmi. Jangan sampai social distancing dan physical distancing menyebabkan timbulnya hal yang kurang baik, tetap jaga silaturahmi walau lewat daring.
Malang, 01052020
swarna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H