Malam hari menyiapkan dagangan untuk esok, berharap laris manis tak tersisa, semangat bertahan dari jajanan moderen yang meraja lela. Klepon, cenil, lupis, dari bahan dasar tepung ketan, dan tepung kanji, penyajiannya ditaburi kelapa dan dikicir larutan gula merah, sungguh nikmat
Mak Sri, SD pun tak tamat, karunia Allah dengan akal pikiran, bagaimana berjuang dalam kehidupan, sangu agama pun masih ngambang, bukan berarti dia tak beriman tunggu dulu jangan terburu menghakimi seseorang.Â
Perutnya dan adik-adik yang sudah dewasa harus tetap diisi, ibu yang sudah renta harus tetap dikasihi. Klepon, cenil dan lupis andalannya untuk tetap bertahan di era globalisasi kata dunia.
Tak ingin bersahabat dengan bank karna tak bisa tanda tangan, dia simpan hasil keringatnya pada tempat yang tak terlihat. Klepon, cenil, lupisnya membawa berkat. Berjualan di pasar besar, berkeliling menjajahkan mencari pembeli dari ibu-ibu sampai mahasiswa.
Adik-adiknya diajak berjualan jajanan yang tak lekang oleh perkembanagan jaman ini. Mak Sri terbang ke tanah suci mengajak salah satu adiknya beribadah umroh dengan hasil jualan jajan klepon, cenil dan lupis.
Mak Sri memberi semangat takkan kelaparan selama mau berusaha meski hanya berjualan klepon, cenil dan lupis jajanan tradisional harus dilestarikan.
Tasikmadu, 26.02.2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H