Lihat ke Halaman Asli

Swarna

mengetik 😊

Puisi | Di Tengah Pasar

Diperbarui: 21 Februari 2019   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Oleh AZ

Bila pasar sudah tergenang air bah dan tenggelam, lalu permukaan penuh barang imporan. Pedagang tercekik hingga kerongkongan. Berteriak nyaring lemas terendam tumpukan makanan kalengan. Daging beku dalam kulkas beludru.

Parkiran di depan pasar berceceran darah kemanusiaan. Pedagan kaki lima bersuara tebata-bata: tempat kami ada di mana?

Mengatasnamakan kemajuan jaman, menggerus norma kemanusiaan
Teori kanibal bernama globalisasi, menghancurkan yang lemah sehancur hancurnya.
Meninggalkan yang tak berdaya sejauh-jauhnya
Bermuara pada menuhankan kekuatan dan kekuasaan

Semua diam. Tak menjawab meski pun sebuah kata. Pura-pura lupa. Pura-pura tidak mendengar bila dikonfirmasi dalam demonstrasi. Kata mereka: apa yang terjadi? Semua baik-baik saja. Lihat data statistiknya. Kami sudah bekerja keras siang malam.

Pedagang pasar dan kaki lima hanya mampu berujar sopan. Takut dipidanakan pasal ujaran kebencian. Tangis kelaparan tak membuat kasihan.

Dunia menangis teriris. Estimasi penciptaan semesta lupa dari kepala.
Mana janjimu? Siapa yang kau makmurkan? Siapa yang kau sejahterakan? Ketika alam menerkammu kau baru sadar, tapi terlambat

TT, 21.02.2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline