Lihat ke Halaman Asli

Beni Sumarlin

Penulis Humaniora Tinggal di Tulang Bawang Provinsi Lampung

Isra' Mi'raj dan Kasus Yuyun, Antara Ketaatan dan Miras

Diperbarui: 6 Mei 2016   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini tanggal 28 Rajab 1437 H bertepatan dengan tanggal 6 Mei 2016 kita umat islam memperingati salah satu hari besar Islam yakni Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW. Telah banyak kita dengar paparan dari para kiyai dan ustad serta penceramah tentang kejadian saat peristiwa isra mi'raj ini. Memperingati isra mi'raj artinya memperingati perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsho di Palestina kemudian dinaikkan ke langit menghadap Allah SWT untuk menerima perintah shalat.

Disini saya tidak akan mengupas sejarah dan peristiwa isra dan mi'raj itu sendiri, namun mencoba mengambil ibroh atau hikmah dari peristiwa itu yang bisa diterapkan dalam kehidupan khusunya berkenaan dengan kasus tersayatnya rasa kemanusiaan kita atas tragedi yang menimpa Yuyun.

Peristiwa perjalanan merupakan perpindahan atau pergerakan. Dari suatu tempat tertentu ke tempat lainya. Dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lainnya. Rasul melakukan perjalanan, melakukan perpindahan dan pergerakan, melakukan perbaikan. Dari tempat di Masjidil Haram ke tempat lain di Masjidil Aqsho, dari kondisi belum menerima perintah wajibnya sholat 5 waktu kepada menerima perintah kewajiban sholat itu. 

Dari sebelumnya menjalankan sholat malam sebagai sebuah kewajiban menjadi menjalankan sholat 5 waktu sebagai sebuah kewajiban, sholat malam menjadi sunnah bagi kaumnya.  Jadi sesungguhnya isra dan mi'raj Rasulullah adalah suatu perubahan dan perbaikan. Berubah dari belum menerima perintah kewajiban sholat 5 waktu menjadi sudah menerima kewajiban perintah sholat 5 waktu. Perbaikan dari sholat wajib pada malam hari menjadi sholat wajin 5 waktu sehari semalam.

Perintah sholat  5 waktu adalah salah satu esensi terpenting dalam peristiwa isra dan mi'raj Rasul ini. Selain itu Rasulpun dari belum mengetahui kejadian di surga dan neraka menjadi mengetahui kejadian di syurga dan neraka.

Di dalam Al-Qur'an, sebagai wahyu yang turun dari sisi Allah kepada Rasul yang pernah di isra dan mi'rajkan itu, Allah menerangkan sebuah pernyataan "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar," (QS. Al Ankabut : 45). Ini menandakan perintah sholat yang diterima saat isra' dan mi'raj berupa sholat itu ada kaitannya dengan pencegahan kekejian dan kemungkaran di muka bumi.

Shalat adalah simbol ketaatan, simbol hubungan transversal dari seorang manusia kepada Sang Khalik, penciptanya. Artinya ketaatan adalah sesuatu yang bisa mencegah perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Semakin umat manusia taat kepada Allah, maka semakin tercegahlah perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu terjadi di muka bumi. Dan begitu juga sebaliknya, semakin ketaatan kepada Allah itu ditinggalkan maka semakin tidak tercegahlah perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu terjadi.

Tidak tercegahnya perbuatan keji dan mungkar disebabkan tidak adanya ketaatan kepada Allah SWT. Seandainya ketaatan itu hanya mencegah perbuatan keji dan mungkar, lantas apa penyebab timbul dan merebaknya perbuatan keji dan mungkar itu? Apakah yang menyebabkan lahirnya perbuatan keji dan mungkar?

Dalam perjalanan isra' dan mi'raj Nabi Muhammad SAW, ada sebuah peristiwa yang dialami oleh Nabi, yaitu peristiwa dihidangkannya dua gelas minuman, satu gelas berisi susu dan satu gelas lagi berisi khomer (minuman yang memabukkan). Dalam kejadian itu, Rasul disuruh memilih salah satu gelas diantara keduanya untuk diminum. Rasulpun memilih susu dan meninggalkan khomer. Pada waktu itu Jibril AS yang mendampingi Rasul mengatakan, "Segala puji bagi Allah yang telah memberimu petunjuk kepada fitrah, seandainya engkau memilih khamer maka umatmu akan tersesat," (Hadits riwayat Bukhori. No. Hadits 5148).

Dalam hadits yang lain, yang bersumber dari Abu Darda' RA, ia berkata, "Kekasihku (Nabi SAW) mewasiatkan kepadaku, 'Janganlah kamu meminum khamer, karena ia adalah kunci segala kejahatan'." (Hadits Shahih dari Kitab Sunan Ibnu Majah: Shahih Al Jami' (7211), At-Ta'liq Ar-Raghib (1/196).

Dari dua keterangan hadits tersebut, nampak jelaslah bahwa sumber lahirnya kekejian dan kemungkaran adalah sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, yakni dalam hal ini adalah khomer (minuman yang memabukkan). Dalam hadits yang disebutkan pertama, ditemukan bahwa khomer bisa membuat umat manusia menjadi tersesat dan keluar dari fitrah. Sedangkan pada hadits yang disebutkan kedua, dengan tegas menjelaskan bahwa khomer (sesuatu yang memabukkan) adalah kunci atau biang dari segala kejahatan. Seperti diketahui mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan membuat seseorang bisa kehilangan akal dan nalarnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline