Hampir 9 tahun yang lalu, tepatnya Pada tanggal 6 juli 2009, Saya bersama keluarga (istri, anak serta mertua), berkesempatan berjalan-jalan ke Macao, dimana perjalanan tersebut adalah rangkaian dari perjalanan dari Malaysia, Hongkong kemudian ke Shen Zhen,Zhu Hai setelah itu ditutup dengan perjalanan ke Macao selama 2 malam.
Sesampai di Macao, kami disambut oleh local guide seorang wanita (saya lupa namanya), yang ternyata adalah keturunan orang Indonesia (jawa), dimana kakeknya dulu terkena Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 10 tahun 1959, sehingga kembali ke China, kemudian menetap di Macao.
Di Macao berlaku mata uang Portugis, akan tetapi mata uang dollar Hongkong berlaku di sana. Dan seperti di Hongkong, disana kebanyakan penduduk menggunakan Bahasa Kanton. Dan pada waktu itu belum banyak penduduk yang dapat berbahasa Inggris, saya mengalami kesulitan pada waktu membeli makanan di sebuah kedai fast food McDonald, karena karyawannya tidak dapat berbahasa Inggris, untung sekali ada karyawan yang dapat berbahasa Inggris yang dapat membantu kami untuk memesan makanan.
Sampai di sana oleh guide kami, kami di ajak berkeliling kota macau dengan mobil, kami diantar ke A-ma Temple. Adalah sebuah kuil bersejarah yang didedikasikan ke Dewi Penguasa Lautan.
Setelah beberapa saat berkeliling ke kuil tersebut, maka perjalanan dilanjutkan kembali kantor Pos di Macao. Dimana pada malam harinya, kami melewati kantor Pusat Turisme Macao.
Kemudian mobilnya berhenti di Ruins of St. Paul's (reruntuhan Gereja Santo Paulus), kami berfoto sebentar di bekas reruntuhan gereja tersebut, dimana sekarang hanya temboknya saja yang berdiri tegak, sedangkan sisa gereja tersebut telah habis terbakar habis pada tahun 1835.
Setelah itu sang guide juga menunjukkan Senado Square, pusat perbelanjaan (pertokoan) di Macao, dimana pada malam harinya kami berkesempatan mengeksplorasi pertokoan tersebut lebih lama, disana kami membeli beberapa macam oleh-oleh, seperti baju, kaos serta produk makanan terkenal di Macao yaitu Portugis egg tart serta kue-kue kacang yang sangat terkenal buatan Negara Macao. Dalam tour dengan mobil tersebut, kami diarahkan ke Kun Iam Ecumenical Centre yaitu sebuah patung Dewi Kwan Im yang berukuran cukup besar dan berwarna keemasan.
Setelah berputar-putar selama beberapa jam, maka tour kami diantar ke Venetian Hotel, dimana sebuah gedung Hote, Mall serta Casino yang berintegrasi dengan baik. Kami memasuki mall tersebut selama kurang lebih diberi waktu satu jam untuk berbelanja dan menelusuri pusat perbelanjaan terbesar di Macao (pada tahun 2009), Ternyata di dalam mall tersebut dibuat sebuah kanal yang dapat dilayari oleh sebuah perahu mirip di Venesia -- Italy. Dan yang lebih menakjubkan lagi, seluruh plafond atap mall tersebut di cat berwarna biru, menyerupai langit, sehingga jika kita berada di dalam mall, kita tiak akan mengetahui waktu, sekan-akan waktu disana adalah siang terus, tidak pernah malam.
Setelah itu tour berakhir dengan diantranya kami ke Hotel kami, setelah menaruh koper, kamipun bergegas keluar hotel, dengan petunjuk dari tour guide sebelumnya, jika kami mau ke Venetian Hotel (pusat hotel yang berada di tengah-tengah Pulau Taipa), kami dapat menaiki semua bus hotel yang tersedia dengan gratis.
Kami pun kemudian mengexplorer kembali Venetian Hotel, dengan melihat-lihat lebih lama pusat perbelanjaan terbesar di Macao (pada saat itu tahun 2009). Dan tidak lupa mencoba menaiki perahu didayung oleh seorang Pria, mirip di Venetia -- Italia. Kemduain kami juga mengexplorer Casino di sana, sebagai informasi tambahan, semua Hotel di Macao menyediakan fasilitas Casino, sehingga tidaklah mengherankan sekitar hotel banyak sekali pusat pergadaian misalnya jam tangan, perhiasan dan lain sebagainya yang menjual hasil barang-barang yang dijual oleh para penjudi disana.
Setelah puas berkeliling di Venetian Hotel, kamipun mencari makan malam, di sana kami mencoba mencari restorant yang mempunyai masakan cita rasa Portugis serta Chinese foodnya. Kamipun kemudian menyantap makanan sebuah local restorant yang menyediakan makanan Portugis dan Chinese food. Dan kamipun cukup menikmati hidangan tersebut, karena merupakan sebuah perpaduan dari dua budaya yang berbeda, yaitu barat dan timur.