Lihat ke Halaman Asli

Teror Bahrun Naim adalah Teror ISIS di Indonesia

Diperbarui: 22 Desember 2016   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: http://www.buzzreporters.com/wp-content/uploads/2016/06/ISIS.jpeg

Teror yang dilancarkan oleh kelompok Bahrum Naim adalah bagian dari teror Islamic State in Irak and Syria (ISIS) terhadap dunia.  Intinya: semua aktifitas terorisme  yang dikomandoi oleh Bahrun Naim adalah bentuk nyata atau aplikasi dari inti ajaran ideologi ISIS.  Ulama Yodania Syeikh Ali Hasan Al-Halabi dalam acara International Confrence on Terrorism  and ISIS, di Jakarta 23/4/2015, menegaskan bahwa “ideologi ISIS membunuh akal”. ISIS telah mencederai akal pemikiran manusia  dengan ideologi mereka yang menyimpang dari ajaran Islam, membunuh akal, lebih berbahaya daripada merusak fisik.

“Mereka memanfaatkan kebodohan dari kekosongan intelektual,” ujar Syeikh Hasan.  Mereka memanfaatkan kekosongan inteletual yang biasa dialami oleh para pemuda dan mengisinya dengan paham yang ekstreem dan hal-hal buruk lainnya. ISIS telah memutarbalikkan ajaran Islam yang penuh kasih menjadi mengerikan, sama sekali tidak mencerminkan ajaran islam yang berkembang luas di Indonesia. Syeikh Hasan mengatakan bahwa jalan menuju surga dalam ajaran Islam adalah dengan memiliki ilmu pengetahuan soal agama, beribadah sesuai sunnah Nabi, menjalin persaudraan dan kasih sayang.

Selain mengajarkan kekerasan, paham ISIS adalah paham mudah mengkafirkan orang lain (muslim) yang tidak sepemahaman dengan mereka.  Juru bicara ISIS, Abu Muhammad AL-Adani,  pernah mengkafirkan tentara dari negara-negara muslim seperti Mesir, Libya, dan Yaman. “Dia mengatakan bahwa orang yang menentang ISIS adalah murtad, keluar dari Islam, sehingga halal darahnya. ISIS telah mengkafirkan puluhan juta umat Islam di seluruh dunia,” ujar Syeikh Hasan. Padahal menurut Syeikh Hasan, Islam muncul dengan kasih sayang dan pembunuhan seorang muslim bahkan adalah bencana besar.

Operator ISIS di Indonesia adalah Jamaah Anshar Daulah (JAD) dengan Aman Abdurrahman sebagai pucuk pimpinannya, dan mereka terdiri dari banyak sel.  Jembatan penghubungnya dengan markas pusat ISIS ada Bahrun Naim, Bahrum Syah, dan Salim Mubarok alias Abu Jandal.  Oman alias Aman Abdurrahman kini tengah menjalani masa pemidanaan di Nusakambangan,  pada tahun 2010 ia divonis penjara selama sembilan tahun karena membantu pelatihan militer di Pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam.  

Sementara itu, tiga tokoh penghubung JAD tersebut di atas dan pelaku teror lapangan terus membentuk sel-sel yang beranak-pianak. Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mematikan perkembangbiakan sel kanker yang sangat berbahaya ini?

Program deradikalisasi para teroris terpenjara  oleh BNPT selama ini hasilnya kurang terukur pasti, bahkan cenderung banyak yang mengatakannya gagal. Ada baiknya bila menerapkan hukuman yang berbeda bagi mereka yang masih bisa dibina dan mereka yang tidak mungkin dibina lagi.  Klasifikasi teroris berdasarkan kedalaman mental ideologinya harus dilakukan.  

Masa keterhukuman seharusnya tidak hanya berdasarkan keterlibatan atau akumulasi keterlibatan mereka dalam aksi terorisme di lapangan.  Para ideolog, dan perencana aksi lapangan seharusnya mendapatkan hukuman yang lebih berat, bahkan bila perlu hukuman mati.  Karena mereka adalah biang sesungguhnya di balik berbagai aksi teror dan penyebaran ideologi sesat yang dapat membahayakan kelangsungan NKRI oleh kelompok ISIS di Indonesia.

Apa yang dilakukan oleh ISIS jauh lebih berbahaya ketimbang aksi Al-Qaeda karena ISIS adalah sebuah negara, punya wilayah dan pemerintahan.  Mereka menguasai sumber daya energi yang besar, mempunyai sumber dana yang besar, punya tentara dengan persenjataan yang modern.  Sulit untuk meramalkan seberapa lama lagi negara ISIS akan tetap eksis.  Dibalik carut-marut pertempuran yang terjadi di Syria dan Irak saat ini ada kekuatan adi daya yang mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan sumber daya energi bagi negara mereka, dan tidak mustahil ISIS akan sengaja “dipelihara” untuk kepentingan mereka, meski ideologi radikalnya dapat membahayakan dunia.

Strategi teror yang dilancarkan oleh ISIS tergolong canggih.  Mereka mampu memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi dalam melancarkan teror ke seluruh dunia.  Jaringan mereka di berbagai sosial media harus dicermati.  Mereka menyebarkan ideologi mereka, menggalang opini positif bagi kepentingan  mereka, menyebarkan keresahan dan ketakutan dengan cara-cara yang belum sepenuhnya terungkap oleh Intelijen negara manapun.  Aksi ISIS seperti gelombang, hampir serentak terjadi di berbagai negara, dan mereka mengatakan itu sebagai “amaliyah di wilayah masing-masing” kepada jaringannya di seluruh dunia.  

Sebagai antisipasi atau  strategi cegah dan tangkal  atas strategi jahat yang dilancarkan ISIS ini, Densus 88 Mabes Polri harus tanggap dan harus bergerak lebih cepat dari perkiraan mereka guna menangkal lebih awal sebelum aksi panggung pengantin terjadi dan memakan korban jiwa.  Dibutuhkan sebuah upaya yang maksimal dalam level tinggi, seluruh komponen nasional harus bersatu guna menangkal ISIS di Indonesia.

Para anggota DPR RI seharusnya melihat masalah ISIS tidak hanya sebagai gangguan keamanan yang bersifat ektra ordinary, ini adalah bom waktu bagi ideologi Pancasila bila efeknya tidak diantisipasi dengan baik.  Ideologi Pancasila versus Ideologi ISIS akan menimbulkan banyak hal yang tak terduga di masa depan, dan merupakan lahar subur untuk diekspos oleh kelompok radikal sebagai pembenaran atas jihad yang mereka lakukan selama ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline