Lihat ke Halaman Asli

Pesan Terakhir Induk Kancil Kepada Anaknya

Diperbarui: 27 Januari 2016   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu malam di tengah lebatnya hutan rimba terdengar suara gaduh pemburu. Mereka memukuli semak-semak dan tempat-tempat lainnya yang diperkirakan tempat persembunyian Kancil. “Anakku berhati-hatilah melangkah, ada perangkap di mana-mana. Mereka memasang jerat di banyak tempat untuk menangkap kita,” kata induk Kancil kepada anaknya.

“Takut bunda, kakiku tak kuat melangkah apalagi berlari. suara gaduh yang mereka timbulkan membuatku menjadi takut dan bingung,” sahut si anak Kancil

“Begitulah mereka anakku, mereka berusaha membuat kita menjadi takut dan kehilangan akal.,” kata si induk. “Mereka meneror kita karena menginginkan sesuatu dari kita,” lanjutnya.

“Apa yang mereka inginkan dari kita, bunda? Apa karena kita makhluk kecil yang tak bertaring dan bercakar lantas mereka memburu-buru kita?” tanya si anak Kancil.

“Sudah nasib kita anakku, daging tubuh kita merupakan makanan yang lezat bagi mereka,” jawan si induk Kancil. “Bukankah masih banyak hewan lain yang tubuhnya lebih besar, dagingnya lebih banyak untuk mereka santap?” sahut si anak.

“Sama saja, hewan besar atau kecil akan menjadi mangsa mereka sekiranya berhasil tertangkap.  Kita yang kecil ini hewan lemah, kita harus pandai-pandai melindungi diri dari sergapan manusia, harimau, buaya, atau pun ular,” ujar si induk. “Tetapi bukankah kita punya kecerdikan yang lebih dibandingkan mereka?” sahut si anak.

“Kecerdikan tidak selamanya mampu mengalahkan kekuatan, anakku. Keberuntunganlah yang dapat mengalahkan segalanya, “ kata si induk sambil menatap dalam kepada anaknya yang terlihat gemetar ketakutan.

Suara-suara pemburu kian mendekat ke tempat persembunyian mereka. “Mari kita gali lobang sedalam mungkin, dan kita timbuni tubuh kita dengan tumpukan reranting dan dedaun kering,” ujar si induk. Keduanya menggali lobang dengan cepat, hutan gambut yang penuh dengan tumpukan dedaunan kering itu membuat mereka dapat menggali lobang dengan cepat dan kemudian menimbuni tubuhnya dengan dedaunan.

Beberapa orang pemburu itu hanya beberapa langkah dari tubuh mereka. “Kosong, pada ke mana kancil-kancil yang sering terlihat jejaknya di daerah sini,” ujar salah seorang pemburu itu. “Mungkin mereka sudah keburu lari,” jawab temannya.

Salah seorang dari pemburu itu bernyanyi, “Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun, ayo lekas dikejar, jangan diberi ampun,” ujarnya, menyanyikan lagu anak-anak yang sangat akrab ditelinga orang desa itu. Tak lama kemudian para pemburu itu berjalan menjauh, dan hingga menjelang subuh tidak ada lagi suara-suara para pemburu yang terdengar. Mereka tengah berkumpul dan bersembunyi di suatu tempat, sambil mendengarkan kalau-kalau ada suara lengkingan Kancil yang terkena jerat yang mereka tebar.

Induk Kancil dan anaknya mulai keluar dari tempat pesembunyiannya. Terasa lapar karena dari tadi tidak berani mencari makanan, akhirnya si induk mengajak anaknya berjalan mencari makanan, dan mereka memakan pucuk dedaunan, pucuk pepohon kecil yang baru tumbuh. Sambil menyantap dedaunan itu si anak kancil bertanya kepada induknya, “bunda, kenapa mereka mengatakan kita suka mencuri ketimun?” ujarnya penasaran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline