Lihat ke Halaman Asli

Menyulut Semangat Persatuan dalam Kebhinnekaan

Diperbarui: 16 September 2024   23:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ragamuda 2024, 25 Agustus 2024 (Sumber: Dokumentasi Canilens)

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki keberagaman ras, suku bangsa, agama, bahasa, dan kultur terluas di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis dan 1.340 suku bangsa berbeda, serta 652 bahasa yang tersebar di bentangan 17.000 pulau. Indonesia merupakan rumah bagi berbagai kelompok etnis, kepercayaan, dan tradisi yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan ini sering kali memunculkan tantangan, terutama terkait dengan bagaimana masyarakat berinteraksi dan saling menghormati satu sama lain.

Konflik berbasis identitas kadang-kadang muncul, baik di tingkat lokal maupun nasional, memperlihatkan betapa rapuhnya persatuan jika perbedaan ini tidak diakui dan dipahami dengan bijak. Namun, di tengah kompleksitas ini, semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu" menjadi fondasi penting yang terus mengingatkan kita bahwa Indonesia adalah negara yang dibangun di atas keragaman dan menjunjung tinggi semangat persatuan.

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya menjadi moto resmi negara, tetapi juga mencerminkan filosofi bangsa yang berusaha merangkul setiap perbedaan. Dalam konteks saat ini, di mana arus informasi global dan pengaruh eksternal semakin kuat, penting bagi seluruh elemen masyarakat, terutama pemuda, untuk menjaga dan menghidupkan kembali semangat kebhinekaan. Keberagaman yang dimiliki Indonesia harus dijaga dan dirangkul bersama. Berdasarkan riset yang dilakukan Kementrian Agama Republik Indonesia, 72,6 persen responden riset mereka menilai masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai toleransi. 47,6 persen dari responden menyampaikan bahwa toleransi beragama perlu ditingkatkan kembali sikap tenggang rasa dan toleransinya.

Pada saat ini masih terdapat berbagai masalah kesenjangan dan intoleransi antar warga dalam masyarakat. Masih terdapat pandangan bahwa satu kelompok masyarakat memiliki keunggulan atas kelompok lain. Pada bulan Februari 2023, di Lampung, sekelompok warga membubarkan orang yang sedang beribadah di Gereja, kerusuhan di Ambon pada akhir 1990-an hingga kasus diskriminasi berbasis etnis yang lebih subtil, menunjukkan bahwa perbedaan dapat menjadi pemicu perpecahan jika tidak dikelola dengan baik. Namun, nilai Bhinneka Tunggal Ika selalu mengingatkan kita bahwa keberagaman bukanlah alasan untuk terpecah, melainkan landasan untuk memperkuat persatuan.

Untuk menghindari konflik di masa depan, penting bagi warga bangsa Indonesia untuk menanamkan sikap saling menghormati, meningkatkan dialog antar kelompok, dan membangun kesadaran akan pentingnya toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memegang teguh semangat kebhinnekaan dan memahami bahwa persatuan di tengah perbedaan adalah kekuatan, masyarakat Indonesia dapat terus hidup damai dan harmonis, menjaga keutuhan bangsa.

Sebagai generasi muda dan calon pemimpin bangsa, kita harus bisa menanamkan sikap toleransi atas keberagaman dan pluralisme demografi Indonesia. Peran pemuda untuk berkontribusi di saat seperti ini sangat diperlukan. Pembiasaan sikap toleransi harus dilakukan sejak dini. Karena generasi mudalah yang nantinya akan memegang kendali atas masa depan Indonesia.Keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia harus dijaga dan menjadi kelebihan bangsa kita.

Menjalin Persatuan Melalui Ragamuda 2024

Seperti acara yang diselenggarakan oleh SMA Kolese Kanisius beserta dengan, SMA Al-Izhar Pondok Labu, SMA Pangudi Luhur, dan perwakilan sekolah lainnya di area Jabodetabek. Ragamuda 2024, dengan tema “Rayakan Semarak Persatuan” yang diselenggarakan pada hari Minggu, tanggal 25 Agustus 2024. Bertujuan menjadi kegiatan yang merayakan persatuan pemuda-pemudi Indonesia dalam semangat yang berkobar-kobar, melontarkan suara pemuda atas dasar persatuan dan kebhinekaan, dan membantu menanamkan sikap toleransi dalam para pelajar. Hal ini juga mengarah pada terbentuknya persatuan yang kuat di antara para pelajar, seperti saling menghargai satu dengan yang lain.

Ragamuda 2024 merayakan Bhinneka Tunggal Ika juga melalui nilai yang saya hidupi dalam keseharian saya sebagai siswa SMA Kolese Kanisius yaitu 4C1L, yang terdiri dari Compassion, Competence, Commitment, Conscience, dan Leadership. Sebagai calon pemimpin, diharapkan dapat menjadi role model yang memiliki dan menghidupi nilai-nilai ini dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Kegiatan Ragamuda ini membantu pemuda-pemudi Indonesia untuk memahami dan menghargai keragaman, serta memperkuat persatuan nasional melalui nilai-nilai tersebut. Pertama, Compassion termanifestasi dalam empati terhadap perbedaan. Kedua, Competence meningkatkan kemampuan berdialog dan kolaborasi antarbudaya. Ketiga, Commitment menegaskan pentingnya menjaga keutuhan bangsa. Keempat, Conscience mengajarkan pentingnya bertindak adil dan etis. Terakhir, Leadership di Ragamuda 2024 mendorong pemuda menjadi agen perubahan yang menginspirasi dan merangkul semua perbedaan masyarakat, membangun bangsa yang lebih kuat dan bersatu.

Sebagai murid SMA Kolese Kanisius yang terlibat dalam Ragamuda 2024, saya memiliki harapan besar terhadap masa depan sekolah ini dan generasi muda Indonesia secara keseluruhan. Pertama, saya berharap Kolese Kanisius terus menjadi wadah yang mendukung pengembangan nilai-nilai 4C1L—Compassion, Competence, Commitment, Conscience, dan Leadership—di kalangan murid-muridnya. Nilai-nilai ini tidak hanya penting dalam pembelajaran akademik, tetapi juga dalam membentuk karakter siswa untuk menjadi pemimpin masa depan yang beretika dan memiliki kepedulian sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline