Lihat ke Halaman Asli

Halusinasi Auditori: Kasus Anak Membunuh Ayah dan Nenek

Diperbarui: 6 Desember 2024   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunnews.com

Indonesia saat ini dilanda dengan berbagai macam masalah di berbagai bidang kehidupan, khususnya yang berkaitan dengan kodrat manusia. Kodrat yang dimaksud yakni kelangsungan hidup seorang manusia yang memiliki akal budi dan mental yang sedang terganggu. Pada bagian ini kita diajak untuk menyadari dan memahami kembali pentingnya pendampingan kepribadian manusiawi atau dimensi manusiawi. 

Baru-baru ini beredar kasus anak yang membunuh ayah dan neneknya sendiri, kasus tersebut  terjadi di Lebak Bulus, Jakarta Selatan dan menghebohkan berbagai media sosial. Pelaku berinisial MAS merupakan seorang remaja berusia 14 tahun, yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kasus ini terjadi karena “MAS” mendengarkan bisikan-bisikan meresahkan yang membuat ia tidak dapat tidur malam dengan baik. Bisikan-bisikan yang meresahkan itu pun direspon oleh “MAS”, yang mengakibatkan aksi pembunuhan yang keji pada Sabtu (30/11), sekitar pukul 01.30 WIB dini hari kepada ayah “APW” (40) dan nenek “RM” (60). Sedangkan ibu MAS berhasil melarikan diri dengan keadaan sekarat dan berlumuran darah. Usai aksi keji yang dilakukan “MAS” menggunakan pisau untuk menusuk ayah dan neneknya hingga tewas, ia kemudian diamankan oleh pihak kepolisian dan akan menjalani proses hukum. Sementara jenazah ayah dan neneknya serta ibu “MAS” yang sekarat di Rumah Sakit (RS). Hingga sekarang kasus pembunuhan ini masih diproses lebih lanjut.

Kasus yang terjadi di atas merupakan gangguan kejiwaan atau mental. Gangguan  itu termasuk pada halusinasi auditori. Halusinasi auditori merupakan peristiwa atau fenomena mendengarkan suara tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata atau adanya rangsangan suara eksternal. “MAS” yang mengalami halusinasi auditori mendengarkan suara-suara yang tidak ada di dunia nyata, misalnya bunyi suara musik, percakapan manusia, dan bunyi-bunyi lainnya. Berikut ini adalah hal-hal yang memicu terjadinya halusinasi auditori, yakni:

Skizofrenia

Gangguan mental yang umum menyebabkan halusinasi auditori, di mana penderita sering mendengar suara-suara yang tidak nyata. Selain itu juga penderita dapat memberikan interaksi dan berperilaku yang aneh, serta perubahan sikap di kalangan sosial.

Gangguan Mood (suasana hati dan perasaan)

Halusinasi auditori dapat muncul sebagai bagian dari gejala gangguan mood berat, yang mana dapat membawa seseorang masuk dalam situasi dan kondisi yang tidak terkontrol, dan sering menimbulkan hal-hal yang aneh.

 Masalah Kondisi Saraf

Kondisi saraf yang bermasalah dapat membawa dampak yang besar bagi seseorang dalam hidupnya, apalagi gangguan utama adalah otak yang terus menerus memberikan sinyal kepada seluruh tubuh agar dapat terkontrol dengan baik. Akibat dari gangguan saraf, apa lagi pada otak memberikan dampak yang besar, seperti sistem saraf yang tidak terkontrol dengan baik, yang mana nantinya otot menjadi kaku, gerakan melambat dan kerusakan serta kematian pada otot.      

Penggunaan Obat-obatan dan Alkohol

Penggunaan obat-obatan dan alkohol dapat menimbulkan halusinasi yang serius, yang mana seseorang dapat dengan mudah masuk dalam dunia halusinasi, dan akan memberikan dampak yang besar bagi seseorang yang tidak dapat mengontrol diri ketika berada di alam dunia bawa sadar. Inilah dampak yang besar bagi seseorang yang dapat dengan mudah mengalami halusinasi auditori. 

Kekurangan tidur

Kurangnya waktu tidur siang maupun malam hari dapat mengakibatkan kelelahan dan kurangnya konsentrasi, dan hal inilah yang dapat memicu halusinasi auditori. Penderita halusinasi auditori mungkin merasa terisolasi atau kebingungan, karena mereka tidak selalu menyadari bahwa suara yang mereka dengar tidak nyata.

 

Peran Keluarga dan Kelompok sosial dalam Pencegahan

Upaya-upaya yang dapat dilakukan keluarga dan kelompok sosial untuk dapat mencegah atau memberhentikan dan memperhatikan teman atau kerabat dekat serta keluarga yang mengalami gangguan mental atau kejiwaan yang tidak tampak secara jelas dan tak terkontrol, yang mana hal tersebut memberikan perhatian kepada kita semua bahwa kasus yang menimpa “MAS” seharusnya menjadi alarm bagi kita semua tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, terutama pada remaja. Setiap individu, terutama anak-anak dan remaja, membutuhkan pendampingan yang penuh kasih sayang dan pemahaman. Jika “MAS” mendapat dukungan dan perawatan kesehatan mental sejak awal, mungkin tragedi ini bisa dicegah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline