Lihat ke Halaman Asli

Benediktus YudoLeksono

Dosen Teknologi Pangan, Fakultas Teknobiologi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

ASI untuk Mencegah Stunting: Tidak Hanya Pemenuhan Gizi

Diperbarui: 1 Juli 2024   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Stunting merupakan isu kesehatan nasional dan telah menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Pemerintah berkomitmen untuk terus menurunkan prevalensi stunting. Hal ini ditunjukkan dalam program percepatan penurunan stunting pada Balita yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. 

Berdasarkan rekomendasi WHO, salah satu standar ideal untuk mencegah stunting adalah pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. 

Meski demikian, pemberian ASI di Indonesia belum digalakkan secara masif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2024), persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapatkan ASI eksklusi cenderung stagnan dari tahun 2019-2023. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya ASI dalam tumbuh kembang anak dan pencegahan stunting belum disadari secara mendalam oleh masyarakat Indonesia.

ASI telah menjadi standar emas untuk pertumbuhan anak. ASI mengandung nutrisi penting dan antibodi yang mendukung tumbuh kembang anak. Pemberian ASI eksklusif sejak dini terbukti dapat mencegah atau menurunkan risiko stunting pada balita karena ASI mengandung zat gizi mikro dan makro dalam jumlah cukup yang dapat memberikan imunitas pada bayi. 

ASI mengandung nutrisi lengkap dan seimbang yang mudah dicerna oleh lambung bayi. Pemberian ASI mampu memenuhi kebutuhan nutrisi bayi di bawah usia enam bulan. Manfaat ASI eksklusif lainnya adalah melindungi bayi dari infeksi kuman seperti bakteri, virus, dan parasit. 

ASI mengandung protein tertentu yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh anak. Oleh karena itu, ASI memiliki peranan vital dalam pemenuhan gizi Balita.

Peranan penting lain dari ASI yang tidak dapat digantikan oleh susu formula, suplemen, maupun makanan pendamping ASI adalah pembentukan komunitas mikroorganisme awal pada pencernaan balita. Proses menyusui selain bertujuan untuk memberikan ASI, juga memberikan bayi mikroorganisme alami yang terdapat pada ibu. 

Mikroorganisme ini adalah mikroorganisme baik yang membantu sistem pencernaan. Ketika lahir, mikroorganisme dalam saluran pencernaan bayi belum terbentuk. Bayi memperoleh sumber mikroorganisme baik dari Ibu melalui mikroorganisme alami yang terdapat pada ASI. 

Proses meyusui mendorong pertumbuhan bakteri Bifidobacteria, bakteri yang berkontribusi terhadap kesehatan bayi. Di sisi lain, bayi yang diberi susu formula menunjukkan mikroorganisme yang lebih beragam namun kurang stabil, sering kali memiliki prevalensi Clostridiales dan Proteobacteria yang lebih tinggi.

Mengingat peran ASI yang sangat penting, maka pemerintah perlu memfokuskan programnya untuk menjamin seluruh Balita di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif. Pemerintah perlu menjamin kesehatan dan kecukupan gizi dari ibu, melalui penyediaan sumber pangan lokal yang mudah diakses dan terjangkau. 

Hal ini guna mendukung produksi ASI oleh Ibu selama proses menyusui. Selain ibu, ayah juga memegang peranan penting dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Ayah perlu menciptakan kondisi yang mendukung agar ibu merasa nyaman seperti memberik dukungan emosional, menyiapkan makanan bagi ibu menyusui, membantu pekerjaan rumah tangga, hingga mengantarkan bayi kepada ibu untuk disusui di malam hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline