Lihat ke Halaman Asli

Suatu Malam di Cafe Cokelat Klasik, Malang

Diperbarui: 5 Agustus 2018   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

                 Dokpri, Kafe Cokelat Klasik, Joyogrand Malang

Udara di bukit Joyogrand malam itu terasa sangat dingin. Dua pemuda datang dengan pakian rapi dan masuk di sebuah  kafe. Cokelat Klasik nama kafe itu. Suasana yang tampak di Kafe itu sangat ramai. Seperti yang biasa di tempat seperti itu, banyak orang yang berkunjung.

Kedua pemuda itu masuk dengan langkah pasti. Menuruni anak tangga yang banyak tidak membuat mereka kecapaian. Namun mereka bingung harus ke mana sebab yang mereka tunggu tak ada di tengah lautan manusia itu. Mereka berharap ada yang memanggil nama mereka dari salah satu sudutnya. Tetapi itu tidak terjadi.

"Pasti ia belum datang," kata seorang dari antara mereka.

Dua pemuda itu datang tanpa membawa gadget, sebab mereka tidak memilikinya. Mereka hanya mengandalkan disiplin waktu dan niat yang tulus. Tak memiliki gadget, lucu bukan? Di tengah semua orang berlomba-lomba mencari gadget dengan model terbaru, dua pemuda itu justru nyaman dengan hidup sederhana.  Bahkan sekarang ini, ke manapun orang pergi gadgetnya tidak pernah ditinggalnya di rumah.

"Ini sebuah cerita lucu yang perlu kau tulis," demikian pemuda lainnya berkata.

"Aku akan menulisnya nanti," jawab temannya.

Maka menunggu adalah pekerjaan yang tidak bisa dielakan. Tetapi tahu di mana harus menunggu adalah tindakan cerdas. Dua pemuda itu menunggu di gerbang masuk. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya yang ditunggu datang. Eve itulah yang ditunggu dua pemuda itu.

 "Selamat datang, udah lama ya, nunggunya."

"Barusan kok."

"Oh ya, Ria dan Via masih dalam perjalanan. Ditunggu aja ya" demikian Eve melanjutkan. Setelah dua temannya datang, mereka langsung turun untuk mencari tempat menikmati kebersamaan pada malam itu. Tak butuh waktu yang lama untuk mencari tempat. Seolah sudah disiapkan, di tengah-tengah lautan manusia itu ada  sebuah meja panjang dengan lima kursi yang tersedia. Pas dengan jumlah mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline