Lihat ke Halaman Asli

Benedikta DindaDian

Mahasiswa Fisip UAJY

Kompas.id Bentuk Survival Kompas dalam Memepertahankan Eksistensinya di Dunia Jurnalistik

Diperbarui: 18 April 2020   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber gambar : twitter)

Siapa yang tidak kenal dengan Kompas? Salah satu surat kabar Indonesia yang mulai terbit sejak tahun 1965. Seiring berjalan nya waktu, kompas mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan ini diwujudkan dalam bentuk Kompas.id yaitu harian kompas yang diubah dalam bentuk daring.  Lalu bagaimanakah perjalanan Kompas agar tetap eksis di dunia jurnalistik?

Kompas.id merupakan terobosan terbaru harian kompas dalam bentuk digital yang telah dirintis sejak tahun 2017-2018. Kompas.id ini berbeda dengan kompas.com baik dari segi isi, maupun dari segi tim yang memproduksi. Kehadiran kompas.id tentunya menjadi warna baru tersendiri bagi kompas dengan tujuan bahwa konten yang dibuat tidak jauh berbeda dari harian kompas. 

Hal ini dilakukan karena kompas menyadari bahwa modal bisnis dan pendapatan media ke depan bukan lah dari iklan saja, melainkan dari pembaca. Selain itu, Kompas.id juga merupakan bentuk go-digital yang dilakukan kompas untuk menyesuaikan zaman saat ini yang memang serba digital. 

(Sumber gambar : wikipedia)

Perkembangan ini, membuat kompas menanamkan konsep 3M yang harus ada pada setiap wartawan kompas yaitu multiplatform, multimedia, dan multitasking. 

Dengan konsep ini perkembangn kompas semakin merambah ke berbagai bisnis lain dan wartawan kompas saat ini dituntut untuk bisa menulis, memotret, bahkan membuat video. Tuntutan ini juga didukung oleh kemudahan alat dan teknologi modern yang bisa digunakan dimana saja dan untuk apa saja.

(Sumber gambar : kompas Tv)

Kehadiran Kompas.id membawa perubahan-perubahan yang terjadi dalam kompas. "Budaya orang kompas biasanya ketika habis liputan tidak langsung menulis, biasanya kita mengendapkan dulu, baca dulu, nanya-nanya narasumber, makanya berita yang ada di koran itu berita hasil endapan bukan berita yang cari sensasi tetapi car solusi. 

Nah sekarang dituntut untuk semisal liputan pagi hari dan siang nya dituntut sudah ada tulisannya." ucap Haryo selaku wakil redaktur harian kompas. 

Perubahan ini tentu pada awalnya mengalami penolakan besar karena berbagai alasan dan membutuhkan waktu sekitar 2 tahun untuk meyakinkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline