Lihat ke Halaman Asli

Benedikta Nyoman Putri

Universitas Pendidikan Ganesha

Materi Teori Atom: Kelemahan Dapat Menjadi Dasar Teori Penemuan?

Diperbarui: 14 September 2022   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pernahkan Anda melihat garam yang ditumbuk halus? Coba Anda pikirkan, bagaimana jika garam ditumbuk terus menerus hingga memiliki ukuran yang sangat kecil, apakah rasa dari garam tersebut akan tetap asin? Begitu pula jika butir-butir garam tersebut dilarutkan ke dalam air, apakah rasanya akan tetap asin? Pemikiran seperti inilah yang menjadi salah satu dasar mengapa teori atom terus menerus mengalami perkembangan. Butir-butir garam yang paling kecil ini semula disebut sebagai partikel. Dengan demikian, suatu materi garam yang kita kenal terdiri dari gabungan beberapa partikel yang tidak terhitung jumlahnya. Oleh karena partikel-partikel garam terdiri dari satu kesatuan maka setiap materi terdiri atas bagian-bagian yang tidak bersinambung (diskontinu).

Perkembangan ini dimulai sekitar 300 - 400 SM, dimana dua orang filsuf Yunani Kuno yang bernama Aristoteles (384 - 322 SM) dan Democritos (450 - 370 SM) mengemukakan teori tentang materi dengan pernyataan yang berlawanan. Aristoteles menyatakan bahwa materi merupakan segala sesuatu yang bersifat kontinu, yakni dapat dibelah atau dibagi terus menerus sampai tidak terhitung jumlahnya. Sedangkan Democritos menyatakan bahwa materi bersifat diskontinu, yaitu suatu materi dapat dibagi lagi atas bagian-bagian yang lebih kecil sampai pada keadaan yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Suatu materi yang tidak dapat dibagi lagi ini disebut atom, yang berasal dari kata atomos dalam bahasa Yunani, artinya tidak dapat dibagi lagi. Sebelumnya Leokipos yang merupakan salah seorang murid Democritos mengungkapkan gagasan bahwa di dalam alam semesta ini hanya ada ruangan yang berisi atom-atom. Selama belasan abad kemudian, teori atom ini tidak mengalami perkembangan karena adanya kepercayaan orang terhadap Aristoteles yang tidak membenarkan konsep tersebut.

1. Teori John Dalton (1766 - 1844)

Sekitar abad ke 18, seorang ilmuwan yang bernama John Dalton melakukan percobaan-percobaan dengan menerangkan reaksi-reaksi kimia antara zat-zat sebagai penunjang perkembangan tentang teori atom. Teori ini didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum perbandingan tetap (hukum Proust). Lavoisier menyatakan bahwa "Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama". Adapun Proust menyatakan bahwa "Perbandingan massa unsur-unsur yang menyusun suatu senyawa adalah tetap". Dengan demikian melalui kedua hukum tersebut, teori atom menurut John Dalton adalah sebagai berikut.

1. Atom merupakan bagian terkecil dari suatu materi yang tidak dapat dibagi lagi.

2. Atom digambarkan sebagai bola pejal.

3. Unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.

4. Suatu atom tidak dapat diubah menjadi atom lain.

5. Gabungan dari atom-atom yang berasal dari unsur-unsur yang berbeda dapat bersenyawa membentuk molekul.

6. Atom-atom yang bersenyawa dalam molekul memiliki perbandingan yang sederhana dan jumlah massa keseluruhannya tetap.

7. Reaksi kimia yang terjadi merupakan pemutusan dan pembentukan ikatan antar atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline