Lihat ke Halaman Asli

Benedictus Adithia

TERVERIFIKASI

Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Follow Artis di Medsos, Bukan Berarti Asal Vote di TPS!

Diperbarui: 14 September 2023   00:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena artis nyaleg. (Ilustrasi oleh Benedictus Adithia)

Fenomena Artis Nyaleg

Fenomena artis yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif atau pun eksekutif kini semakin marak. Popularitas mereka yang sudah ada di dunia hiburan tentunya memberikan keuntungan tersendiri dalam membangun citra di mata masyarakat. Tak jarang, pengikut mereka di media sosial mencapai angka yang fantastis, bahkan lebih dari seorang politisi berpengalaman.

Namun, mengikuti atau bahkan mengidolakan seseorang di medsos tentu berbeda dengan memberikan suara pada saat pemilihan umum. Berikut beberapa hal yang perlu kita renungkan sebelum terjebak dalam euphoria "popularitas medsos":

1. Kompetensi dan Integritas Lebih Penting

Kompetensi merujuk pada kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik. Hal ini mencakup pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki seseorang. 

Sedangkan integritas berkaitan erat dengan moral dan nilai-nilai yang dianut seseorang dalam menjalankan setiap tindakannya. Seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi akan selalu bertindak sesuai dengan prinsip dan norma yang benar, bahkan ketika tidak ada yang melihat. Ketika kita memilih pemimpin, seharusnya kita mencari individu yang memiliki kedua kualitas ini. 

Memang, popularitas bisa membantu dalam meningkatkan visibilitas seseorang, tapi tanpa kompetensi dan integritas, popularitas semata bisa menjadi bumerang. Sebab, tanpa kompetensi, kebijakan yang diambil bisa salah sasaran. Tanpa integritas, kebijakan yang diambil mungkin saja didasari kepentingan pribadi atau kelompok, bukan kepentingan masyarakat luas. 

2. Medsos Bukan Refleksi Realitas

Seringkali kita lupa bahwa apa yang terjadi di media sosial tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi di dunia nyata. Fenomena dukungan massif terhadap seseorang di media sosial bisa jadi hanyalah semu, dikuasai oleh segelintir netizen yang aktif atau bahkan oleh akun-akun bayaran yang sengaja dibuat untuk mempengaruhi opini publik. 

Sebaliknya, di era "cancel culture" saat ini, seorang individu bisa mendapatkan kritik atau celaan massal dalam hitungan jam, yang mungkin saja didasari oleh informasi yang belum tentu benar atau konteks yang disalahpahami. Dinamika media sosial sangatlah mudah berubah, serta tidak selalu mencerminkan persepsi atau pandangan masyarakat secara keseluruhan. 

Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk selalu kritis dan tidak mudah terbawa arus informasi di media sosial. Sebagai pemilih yang cerdas, kita harus membedakan antara realitas dunia maya dan dunia nyata, serta tidak mengambil keputusan berdasarkan opini yang mungkin saja terdistorsi oleh media sosial semata.

3. Pertimbangkan Isu-isu yang Dibawa

Seorang calon, entah dia seorang artis atau bukan, harus mampu mengidentifikasi dan memahami isu-isu yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. 

Hal ini penting karena isu yang dibawa mencerminkan prioritas, orientasi, dan juga pemahaman calon terhadap tantangan dan kesulitan yang dihadapi masyarakat. Selain itu, solusi yang ditawarkan atas isu-isu tersebut haruslah logis, realistis, dan dapat diimplementasikan. Bukan sekadar janji-janji manis yang menggema di telinga tapi tanpa rencana kerja yang jelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline