Apa yang salah dari produk lokal? - Dalam pergaulan sehari-hari, saya sering menyaksikan bagaimana banyak teman-teman sebaya begitu bangga saat mengenakan produk-produk branded dari luar negeri.
Seolah-olah, merek internasional menjadi simbol status sosial dan penerimaan di kalangan masyarakat urban.
Tidak bisa disalahkan memang, karena branding kuat dan kampanye pemasaran masif telah memengaruhi persepsi kita tentang apa yang 'kualitas' dan apa yang 'mewah'.
Namun, ironisnya, di antara deretan produk impor tersebut, banyak juga brand lokal yang memiliki kualitas sama baiknya, bahkan mungkin lebih, namun tetap mendapatkan tempat yang kurang di hati anak muda.
Sebuah fenomena yang cukup mengherankan dalam era globalisasi ini, bagaimana sebagian besar generasi muda cenderung kurang bangga saat menggunakan produk lokal.
Fenomena ini bukanlah tanpa alasan. Dengan kemajuan teknologi dan aksesibilitas informasi, generasi muda terpapar oleh berbagai produk dan brand internasional yang seringkali dianggap sebagai simbol prestise, kesuksesan, dan modernitas.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam memengaruhi persepsi ini, dengan influencer dan selebriti yang kerap memperlihatkan kehidupan glamor mereka sambil mengenakan atau menggunakan produk-produk branded internasional.
Tidak ada yang salah, semua punya pilihannya masing-masing yang didasari dengan latar belakang yang berbeda. Penting untuk mengingat bahwa kecenderungan untuk memilih produk impor bukan berarti mengabaikan produk lokal.
Dalam beberapa tahun terakhir, saya secara pribadi mulai membatasi pembelian produk brand luar negeri. Saya mulai membeli produk lokal, mulai dari kaos, celana, hingga sepatu.