Lagu "Cinta Melulu" oleh Efek Rumah Kaca secara tajam mencerminkan kondisi pasar dan industri musik pop arus utama di era 2000-an.
Pada masa tersebut, dominasi alunan musik balada melayu yang bercerita tentang cinta mendominasi panggung musik lokal di Indonesia.
Kendati mampu meraih kesuksesan komersial, naratif yang seragam ini akhirnya menimbulkan kejenuhan di kalangan pendengar dan musisi.
Pertanyaan mendasar pun muncul, yakni mengapa situasi tersebut dapat terjadi?
Dinamika Industri Musik Pop
Pada periode tersebut, pasar dan industri musik pop lokal terus membanjiri masyarakat dengan komposisi musik bertema cinta.
Kehadiran berulang dari lagu-lagu sejenis ini kemungkinan dihasilkan oleh ekosistem industri yang terlalu berorientasi pada hasil finansial, yang pada gilirannya membentuk selera masyarakat terhadap jenis musik tertentu.
Hal ini mendorong para musisi untuk menghasilkan lagu-lagu cinta agar sesuai dengan preferensi pasar yang menginginkan lagu dengan tema tersebut.
Fenomena ini menciptakan dinamika dua arah di mana selera pendengar memengaruhi tren yang berkembang, sementara karya para musisi juga memengaruhi preferensi pendengar.
Perkembangan teknologi, seperti platform streaming, serta akses informasi yang semakin meluas, telah merubah peta industri musik pop arus utama di Indonesia.