Lihat ke Halaman Asli

Benedictus Adithia

TERVERIFIKASI

Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Mengapa "Cancel Culture" Kerap Dikaitkan dengan Perilaku Gen Z dan Milenial?

Diperbarui: 23 Agustus 2023   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena Cancel Culture erap dikaitkan dengan Gen Z dan Milenial. (Unsplash.com/@Markus Winkler)

Fenomena Cancel Culture - Belakangan ini banyak istilah-istilah baru yang mungkin kita dengar dari budaya atau perilaku anak muda di zaman sekarang, salah satunya "cancel culture".

Seperti yang dilaporkan oleh The New York Post, cancel culture adalah fenomena di mana seseorang, merek, acara, atau film dihentikan atau mendapat penolakan. 

Dr. Jill McCorkel, seorang profesor sosiologi dan kriminologi di Universitas Villanova, menyatakan bahwa akar dari cancel culture adalah ketika masyarakat menghukum seseorang karena perilaku yang dianggap melanggar norma sosial yang berlaku. 

"Budaya pembatalan adalah kelanjutan atau evolusi kontemporer dari serangkaian proses sosial yang lebih berani, yang bisa kita lihat dalam bentuk pengusiran," katanya.

Dikutip dari Jurnal Communication and the Public, cancel culture terkait dengan konsep ruang publik menurut pandangan Habermas yang menganggap wacana publik sebagai wilayah kaum elit (1962). 

Budaya cancel culture muncul dari bentuk wacana publik, baik melalui platform daring maupun luring.

Lalu, mengapa budaya cancel culture erap dikaitkan dengan perilaku Gen Z dan Milenial?

Sejarah Cancel Culture

Mengutip dari Insider, budaya pembatalan (cancel culture) mulai menjadi perhatian bersama sekitar tahun 2017, setelah munculnya konsep penolakan selebriti karena tindakan atau pernyataan kontroversial. 

Profesor dari University of Michigan, Lisa Nakamura, yang mengkaji interaksi antara media digital dengan ras, gender, dan seksualitas, menjelaskan bahwa budaya pembatalan terjadi ketika seseorang, merek, perusahaan, atau gagasan tertentu dikecam dan dihentikan dukungannya oleh banyak orang. 

Merriam-Webster, penerbit kamus dan tesaurus Amerika, menghubungkan budaya pembatalan dengan gerakan #MeToo, yang muncul bersamaan dengan peningkatan penggunaan istilah ini secara online

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline