Lihat ke Halaman Asli

Benedictus Adithia

TERVERIFIKASI

Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Marhaenisme sebagai Gagasan Sosialis Bung Besar

Diperbarui: 3 September 2022   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marhaenisme sebuah ideologi gagasan Bung Besar - (sumber: berdikarionline.com)

Pengertian Marhaenisme

Marhaeisme adalah ideologi menentang penindasan manusia terhadap manusia dan bangsa terhadap bangsa. Ideologi ini dikembangkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno dari modifikasi ideologi Marxisme yang diterapkan sesuai dengan sifat dan budaya Indonesia. 

Soekarno membentuk gagasan Marhaenisme untuk mengangkat harkat dan martabat kaum Marhaen, yaitu mereka yang memiliki alat-alat produksi tetapi (masih) tertindas. 

Selain itu, tafsir Marhaen juga berlaku untuk semua kelompok kecil yang disebutkan, yaitu petani dan pekerja (proletariat), yang hidupnya selalu dalam genggaman orang kaya dan penguasa, borjuis atau kapitalis.

Gagasan Marhaeisme pada awalnya diambil dari nama seorang petani yaitu Marhaen yang tinggal di Indonesia dan bertemu Bung Karno pada tahun 1926-1927. Dalam versi lain, nama petani yang ditemui Bung Karno di Bandung, Jawa Barat adalah Aen. 

Dalam dialog antara Bung Karno dengan petani tersebut, yang selanjutnya disebut Mang Aen petani Indonesia pada saat itu memiliki banyak faktor produksi sendiri, termasuk ladang, cangkul dan hal-hal lain, tetapi hasil yang diperoleh hanya cukup untuk kebutuhan pokok keluarganya.

Situasi ini kemudian menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Bung Besar, yang pada akhirnya memunculkan berbagai pemikiran dialektis yang melandasi gerakan selanjutnya. 

Kehidupannya, kepribadian yang lugu, rendah hati namun tetap memiliki semangat juang untuk memenuhi kebutuhan hidup membuat Soekarno kagum, sehingga nama petani itu telah diukir oleh Putra Sang Fajar menjadi sebuah ideologi besar rakyat Indonesia ketika itu, yang hidupnya tertindas oleh sistem.

Istilah ini pertama kali digunakan oleh Soekarno dalam resolusi tahun 1930-nya, Indonesia Menggugat untuk menggantikan istilah kediktatoran proletariat.

Dalam buku "Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai", Kol. (Inf.) Soegiarso Soerojo, seorang perwira intelijen di masa Orde Baru mencurigai keberadaan petani bernama Marhaen, dan memberikan sumber alternatif untuk nama tersebut, bahwa Marhaen adalah sebuah inisial dari Marx-Hegel-Engels (tokoh ideologi sayap kiri).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline