Ketika melihat gambar tersebut, pikiran kalian mungkin akan langsung tertuju pada salah satu industri hiburan konglomerat di dunia, yaitu The Walt Disney Company. Lantas mengapa pada gambar di atas tertulis "War Dirty Tortures", yang berarti "Perang Kotor dan Siksaan"? Gambar tersebut merupakan salah satu contoh dari Culture Jamming. Sebelum kita menilik gambar tersebut lebih lanjut, kita harus memahami terlebih dahulu konsep dari Culture Jamming.
Culture Jamming merupakan salah satu bagian dari Postmodernisme. Untuk memahami Culture Jamming, kita akan menguak dasarnya, yakni terkait Postmodernisme.
Menilik Postmodernisme
Istilah Postmodernisme pertama kali muncul pada tahun 1930-an untuk mengkritik seni modern, namun eksistensinya semakin tinggi pada tahun 1960-an dalam berbagai bidang. Hadirnya postmodernisme ini merupakan bentuk kritik atas gagalnya rezim modernisme. Modernisme menyebutkan bahwa akal pencerahan (enlightenment) merupakan bentuk kemajuan pengetahuan yang mampu menunjukkan kebenaran secara universal. Namun hal ini ditentang dengan anggapan tidak ada sesuatu yang layak dan bisa memaksakan suatu kebenaran untuk pemikiran dan tindakan manusia.
Pandangan tersebut menyadarkan bahwa pemikiran modernisme yang berfokus pada suatu titik tertentu tidak mampu mengukur kebenaran yang ideal dan rasional. Hal ini mengantarkan kita pada pemikiran Lyotard terkait Postmodernisme, di mana semangat postmodernisme memberikan pandangan secara komprehensif terkait nilai yang berbeda dan menitikberatkan pada pluralisme. Inti dari postmodernisme adalah ide dari budaya, bahasa, estetika, kebebasan dalam menginterpretasikan sesuatu atau memberi 'meaning'. (Retnawati, 2016, h.120).
Dalam Barker & Jane (2016: 230) juga dijelaskan bahwa bagi postmodernisme segala kebenaran yakni terkait dengan budaya, dan mengacu pada tingkat kesepakatan sosial dalam tradisi tertentu. Kebenaran bersifat interpretif, tergantung perspektif individu dan tidak ada batasan terkait hal tersebut.
Selain dari aspek budaya, gagasan postmodernisme juga tidak lepas dari konteks ekonomi yang berfokus pada konsumsi individu. Postmodernisme memandang dunia secara subjektif, dalam hal ini postmodernisme menyumbangkan pikiran bahwa individu mampu berkomunikasi dan berpikir secara rasional. Hal ini ditandai dengan pemikiran Jean Baudrillard terkait adanya pergeseran produksi Barat dari produksi barang menjadi produksi informasi. (Storey, 2015).
Mengenal Culture Jamming
Istilah Culture Jamming memanglah kurang akrab di telinga kita, namun secara tidak sadar kita sering melakukan atau menemui peristiwa terkait Culture Jamming. Seperti yang telah dijelaskan di atas, Culture Jamming merupakan bagian dari pemikiran postmodernisme. Lebih tepatnya, Culture Jamming merupakan bentuk dari representasi politik postmodernisme yang hadir pada kisaran tahun 1980. Representasi ini hadir dengan memanipulasi gambar dengan tujuan menumbangkan pesan media melalui sindiran, sehingga nilainya dapat diperiksa kembali.
Implikasi Culture Jamming sendiri mengacu pada tradisi semiotik dalam konteks yang ingin dirusak . Dalam hal ini, terdapat penyampaian makna yang bertolak belakang dari aslinya mengubah pesan menjadi anti-pesan dengan tujuan meningkatkan kekhawatiran dan menyadarkan masyarakat. (Barker & Jane, 2016, h.241)
Walt Disney: War Dirty
Seperti yang kita ketahui, Walt Disney Company merupakan salah satu perusahaan konglomerat yang bergerak di industri hiburan. Pada awalnya, Disney merupakan studio kartun sederhana yang berdiri pada tahun 1920-an. Perusahaan ini dibangun oleh Keluarga Disney, yakni Walt Disney dan saudaranya Roy Oliver Disney dengan nama Disney Brothers Cartoon Studio yang berpusat di California. Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Perusahaan Disney merupakan salah satu konglomerat media terbesar di dunia, dengan kepemilikan terkenal seperti ABC, ESPN, Pixar, Marvel Entertainment, dan 20th Century Fox.
Sebagai salah satu pemasok dalam industri hiburan, khususnya pada kartun, Perusahaan Disney sangat digemari oleh masyarakat luas dari segala kalangan usia. Hal ini dikarenakan Disney sebagai pionir utama produksi kartun dan dongeng di dunia. Selain itu, konten yang dihasilkan begitu menarik perhatian masyarakat dengan ciri khas fairytale miliknya. Mayoritas dari produk yang dihasilkan kian booming dan terkenal, seperti tokoh pertama yang diciptakannya Mickey Mouse, kemudian ada Disney Princess, Pinocchio, Tom and Jerry, dll.