Lihat ke Halaman Asli

Ellen Maringka

TERVERIFIKASI

MU Tiarap, Moyes Terancam, Ferguson Dilematis

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13891601231654101321

Dari layar televisi tadi subuh, terlihat wajah muram Sir Alex Ferguson, yang berdiri sambil menggeleng gelengkan kepalanya seakan ingin berteriak..." ini tidak bisa dipercaya,  MU kalah lagi!. Putra sulung saya Russell, seorang die hard fans Manchester Unitec FC, tidak dapat menahan kekecewaannya menyaksikan jalannya pertandingan yang lagi lagi semakin menenggelamkan pamor raksasa klub bola kaki kebanggaannya. Geraman kekesalan diiringi tetesan air mata menahan kecewa, tak mampu dibendung melihat tim kesayangannya semakin hari semakin tenggelam dilanda kekalahan demi kekalahan. Sudah bertahun tahun lamanya MU tidak pernah didera kekalahan beruntun seperti ini. Di tangan Sir Alex Ferguson, MU dibentuk dan bangkit menjadi klub sepak bola yang disegani. Bahkan survey menegaskan, bahwa nama Manchester United adalah yang paling berpengaruh di dunia sepak bola. Sepak bola adalah soal strategi, kekompakan, kerja sama, loyalitas, kecerdikan, dan ketangguhan.  MU di tangan Sir Alex sudah membuktikan dirinya mampu meramu semua kualitas ini menjadi satu dari sedikit klub kaliber tinggi. Lebih dari seperempat abad di tangan Sir Alex,  MU sukses membangun tradisi klub yang menghargai betul arti loyalitas dan komitmen serta disiplin. Sir Alex tidak bisa diperintah oleh satu-dua pemain kawakan yang sedang naik daun. Kepergian David Beckham, Ruud Van Nistlerooy, dan terakhir Ronaldo ke klub raksasa Spanyol, Real Madrid, membuktikan bahwa MU bukanlah klub kacangan yang  mudah nyungsep akibat ditinggal pemain unggulannya. Hal mana belum tentu bisa dilakukan oleh Barcelona maupun Real Madrid jika kehilangan Messi dan Ronaldo saat ini. Mu ditangan Sir Alex sudah melakukan segalanya dengan sangat baik, tapi lupa meregenerasi sistem pelatihan kepada penerus, yang dipilih sendiri oleh Sir Alex, jatuh ke tangan David Moyes. Dunia cukup terhenyak. bahkan fans MU sendiri cukup kaget dengan terpilihnya David Moyes, nama seorang pelatih yang dirasa tidak cukup memiliki gengsi dan pamor untuk menangani klub sekelas MU.  Rasa hormat fans dan pemilik klub, disempurnakan oleh kepercayaan yang tinggi di tangan Sir Alex, membuat pilihan atas David Moyes tidak banyak diprotes. Pelatih sekelas Jose Maurinho sebenarnya pernah berharap cemas bakal dipilih dan dipercaya melatih klub fenomenal ini. Semua berakhir kecewa ketika nama Moyes disebut. Sir Alex sendiri kurang menyadari bahwa dirinya sudah begitu berakar urat dengan klub ini, sehingga memisahkan dirinya secara tiba tiba lewat kepenunjukkan langsung dalam tempo yang singkat, merupakan tindakan drastis yang  berakibat fatal. Jangankan menjadi juara liga utama, bisa lolos ke piala Champions sudah merupakan prestasi besar untuk tahun ini. Tidak mudah memang menjadi David Moyes. Bayangan pendahulunya yang begitu kuat seakan menjadi tolak ukur yang hampir mustahil diraih. Klub, fans, pemain,  bahkan dunia pasar modal yang melego saham MU berharap banyak di tangan pria Skotlandia ini. David Moyes menjabat sebagai pelatih utama MU dengan tuntutan tinggi suatu kesempurnaan yang hampir mustahi;  bagaimana tetap membuat MU berjaya selepas Sir Alex. Kesalahan paling fatal yang dilakukan Moyes adalah merombak yang tidak perlu. Assisten pelatih yang dulunya bekerja sama dengan Sir Alex, secara total dirombak dan diganti dengan pilihannya. Moyes lupa bahwa Everton bukan MU. Everton adalah klub menengah di liga Inggris yang tidak biasa menghadapi persaingan liga Champions yang ketat, dengan jadwal yang super padat. Merombak semua sistem yang sudah tertata baik di MU, sama dengan mengiris urat nadi sendiri. Sosok dan bayangan Sir Alex tidak begitu saja dapat langsung dienyahkan. Para pemain MU sendiri tidak mudah menerima dan secepat itu berganti respek terhadap Moyes dalam hitungan minggu atau bulan. Sir Alex sendiri mulai menampakkan kegelisahannya setiap duduk menonton pertandingan di Box VIP khusus. Dilema yang terasa berat diemban Sir Alex adalah kenyataan bahwa dia sendiri yang memilih dan menentukan David Moyes sebagai pengganti. Pilihan yang tidak terlalu "smart" bahkan dianggap konyol oleh pengamat sepak bola dunia. Sudah ditegaskan beberapa kali oleh Sir Alex bahwa dia tidak mungkin kembali menanagani MU. Itu sama dengan menjilat ludah sendiri. Kekalahan demi kekalahan yang terus membuat MU semakin tiarap, menggelisahkan dunia bahkan pasar modal. Harga saham harus dipertahankan. Pemain harus dipompa semangatnya, dan terutama fans tidak boleh terus menerus dikecewakan. Kunci kebangkitan MU ada di tangan  Sir Alex. Akankah dia berbicara empat mata dengan Moyes untuk menghentikan ketidak cocokan ini dan memulai era baru dengan menunjuk pelatih baru ? Dunia masih menunggu. Sementara dari berbagai kalangan pengamat sepak bola di Inggris, diharapkan sifat ksatria David Moyes untuk dengan jantan mengundurkan diri karena terbukti tidak mampu mempertahankan pamor dan prestasi MU pasca Sir Alex. Kekalahan atas Sunderland 2-1 tadi subuh seakan menjadi titik nadir David Moyes. Percuma berkilah lebih lama tentang kepemimpinan wasit yang dianggap tidak fair!. Ini sepak bola Moyes! Keputusan wasit adalah kemutlakan bagi klub manapun. Menunggu kepastian Moyes diantara dilema dan kegalauan Sir Alex, membuat fans MU merasa sangat sendiri dan ditinggalkan. Lagu Glory.. glory Manchester United, entah kapan bisa dengan semangat didengungkan. Old Trafford masih diselimuti kabut kegalauan menunggu final whistle dari Sir Alex; akankah Moyes dipertahankan?. *Foto koleksi pribadi)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline