Ingin hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Maunya nangkring ngobrolin Kompasiana, apa daya waktunya mepet.
Ajakan untuk nangkring ngobrolin Kompasiana sangat saya apresiasi. Sayangnya memang selain waktunya mepet sekali, tanggal yang sudah ditetapkan oleh pihak admin, saya sudah memiliki agenda lain.
Namun demikian esensi ajakan nangkring dan ngobrolin tentang Kompasiana itu tentu tidak lari jauh jauh dari meminta masukan dan pendapat demi kemajuan media yang sama sama kita cintai ini. Tidak mengapalah saya memegang pepatah klasik yang mengatakan..."don't just say it, write it.!"
Nah inilah artikel pengganti kehadiran saya di acara nangkring ngobrolin Kompasiana. Kalau saya hadir, kurang lebih inilah yang hendak saya katakan sebagai usulan memajukan Kompasiana dan syukur syukur bisa membuat Kompasiana yang sudah baik menjadi lebih baik lagi.
- Khusus untuk kanal seksologi, barangkali perlu dituliskan dalam keterangan Terms and Condition Kompasiana bahwa kanal seksologi ditujukan bagi mereka yang sudah dewasa karena mengandung material khusus untuk orang dewasa. Paling tidak sudah diperingati terlebih dahulu, agar pembaca yang memilih untuk membaca artikel di kanal seksologi tidak kemudian kesal karena merasa artikel itu kurang pantas. Nah standard pantas ini toh tidak bisa disama ratakan kepada semua, dan tidak memiliki standard jelas. Anggaplah meniru iklan rokok..."merokok bisa membunuhmu..." sudah diperingati lebih baik daripada tidak diperingati sama sekali.
-Tombol " Laporkan" agar benar benar difungsikan dengan baik, dan dicermati oleh admin yang bertugas, bukan sekedar menjadi tombol penghias.
Hal ini perlu dilakukan agar masing masing kompasianer memiliki hak dan kewajiban yang sama. Tidak perlu sampai mengejar ngejar admin lewat inbox FB segala hanya untuk melaporkan artikel orang lain. Urusan Kompasiana, ya diselesaikan di Kompasiana sajalah.
Jika tombol Laporkan dioptimalkan, maka setiap kompasianer berhak melaoporkan artikel atau komentar yang dianggap tidak layak, dan hanya sampai disitulah hak pelaporannya, tidak perlu menggunakan kedekatan pribadi dengan admin untuk menjadi admin swasta semacam sheriff gratisan yang tugasnya menjadi polisi komentar orang maupun artikel orang lain.
Jika admin tetap meloloskan suatu artikel, seharusnya itu menjadi keputusan mutlak yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun, kecuali tentu saja Boss Kompasiana, Kang Pepih. Lagi pula dibawah setiap artikel sudah sangat jelas tertulis "Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Penulis."
Kalau ada pihak pihak yang merasa dirugikan secara hukum, toh tidak dilarang untuk menempuh jalur hukum seandainya artikel seseorang dianggap melecehkan atau memfitnah maupun mendzolimi. Ini negara hukum yang punya aturan. Selayaknya hak prerogatif admin harus dihormati oleh setiap Komapsianer supaya tidak timbul admin-adminan atau admin swasta yang tugasnya seperti mau mengatur atur artikel orang lain dan memberi penilaian layak atau tidak layak.
Tidak suka ya sudah tidak usah dibaca, dan kalau perlu mem-banned diri sendiri agar tidak pernah membuka artikel penulis yang tidak disukai.