Saya selalu suka membaca kisah sukses orang orang yang merangkak dari bawah, memulai segala sesuatu dari hasil jerih payahnya sendiri, dan meraih keberhasilan lewat perjuangan dan ketekunan serta kejujuran.
Sukses bagi masing masing pribadi tentu berbeda definisinya. Bagi pengusaha, sukses biasanya diukur lewat standard umum, yaitu nilai aset yang sudah dipotong hutang dan kewajiban lainnya.
Jadi dihimbau kepada masyarakat awam, jangan terlalu buru buru menilai kesuksesan lewat merek mobil dan rumah yang didiami. Bisa saja itu masih berupa hutang dan kredit yang harus dibayar bertahun tahun. Atau itu bisa didefinisikan sebagai sukses memperoleh pinjaman (itu juga usaha khan...).
Xiong Shuihua adalah tokoh yang cukup menghebohkan berita di dunia maya, lewat kisah hidupnya yang sukses. Yang menjadikan kisahnya unik bukan semata-mata soal suksesnya menjadi pengusaha kaya di Cina lewat industri besi (steel). Shuihua menjadi tokoh yang dikenang karena dia tidak lupa dengan budi baik orang sekampungnya yang dulu membantu dia beserta keluarganya ketika masih miskin.
Mungkin banyak dari kita yang mengatakan, "Ah nanti kalau saya juga sudah sukses dan kaya seperti beliau, pasti ingat kok dengan kebaikan orang yang pernah membantu ..."
Sesungguhnya membalas kebaikan orang lain tidak perlu menunggu sampai kita menjadi kaya raya. Selalu ada yang bisa kita beri dan berbuat baik kepada orang lain. Kalaupun benar-benar dalam keadaan kepepet dan tidak ada yang bisa diberi, paling tidak jangan menyusahkan!
Xiong Shuihua setelah menjadi kaya, tidak lupa dengan orang-orang miskin di kampungnya yang dulu pernah membantu keluarganya. Dia membangun rumah (flat) yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap sangat layak, bahkan mewah, dan memberikannya kepada lebih dari 72 keluarga di sekitar rumahnya dulu. Bukan hanya itu, Shuihua juga memberi makan kepada para lansia tiga kali sehari dengan menu lezat dan sehat.
Seperti mimpi rasanya bagi keluarga miskin di kampung Shuihua menerima kemurahan hati pengusaha yang tidak lupa dengan kebaikan yang pernah diterimanya. Meski orang di kampungnya malah tidak ingat lagi kebaikan apa yang pernah mereka berikan. Mungkin hanya berupa sepotong roti atau sekedar sapaan yang membesarkan hati.
Dunia ini akan menjadi tempat yang lebih nyaman dan indah bagi kita semua, jika setiap orang tahu mengingat budi baik orang lain.