Lihat ke Halaman Asli

Bene Waluyo

wirausaha

Pengalaman Unik Sholat di Masjid di Belitung Timur

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14183997731685059419

Dalam kunjungan ke Pulau Belitung (Mei 2014), kami sempatkan untuk mengunjungi kawasan Belitung Timur. Perjalanan dari kota terbesar Tanjung Pandan (ibukota Kabupaten Belitung) di pesisir barat pulau, menuju Manggar, ibukota Kabupaten Belitung Timur yang terletak di pesisir timur pulau, memakan waktu sekitar 1 hingga 2 jam.


[caption id="attachment_382263" align="alignnone" width="464" caption=""][/caption]


Dengan penduduk hanya sekitar 300 ribu jiwa, suasana di pulau seluas 4.833 km² ini terasa sangat sepi. Lalu lalang kendaraan baik roda dua maupun empat, cukup jarang kita temukan. Perjalanan panjang dari sisi barat ke timur jadi terasa nyaman karena kondisi jalan yang sebagian besar mulus tanpa ada cacat. Jarang sekali ada lobang atau aspal yang bergeser karena retak seperti yang banyak ditemukan di pulau Jawa.


[caption id="attachment_382264" align="alignright" width="700" caption=""]

1418399813443217183

[/caption]


Saat itu kami bersama klien, rombongan ibu-ibu, yang punya tujuan belanja batik asli Belitung Timur. Bertepatan waktu tengah hari, mereka meminta kami untuk mencari tempat guna melaksanakan shalat zuhur. Di sebuah masjid berukuran sedang, yang tanpa sengaja terlihat dari kejauhan, kami langsung menepikan kendaraan ke kiri dengan niat untuk melakukan sholat di situ.


Masjid sangat sepi, hanya ada satu orang di dalam masjid yang sedang mengumandangkan azan. Sementara kami bergegas mencari tempat wudhu. Di bagian belakang masjid ada sebuah bak besar berisi air jernih yang rupanya dapat digunakan untuk berwudhu. Sementara saya memutuskan untuk berwudhu paling akhir, sambil mengawasi barang-barang para ibu yang diletakkan di teras masjid.


Begitu suara azan berhenti, saya melongok ke dalam masjid, ternyata bapak muazin tadi sudah tidak ada di tempat ia berdiri! Saya penasaran. Saat hendak mencoba mencari ke dalam masjid, saya melihat sekelebat sosok manusia yang ternyata bapak muazin tadi sedang menuju tempat wudhu guna menyalakan listrik pompa air, sehingga kita berwudhu tidak perlu pakai air yang ada di bak besar tersebut.


Setelah memastikan air mengalir deras, bapak tersebut menghampiri saya sambil berkata, “Pak, nanti tolong listrik pompa airnya dicabut ya jika semua sudah selesai wudhu.” “Baik pak, terima kasih,” jawab saya. Pandangan mata saya terus mengikuti langkah bapak muazin tersebut mengambil motornya. Dengan santai sembari tersenyum dia naik motor dan meninggalkan kami begitu saja.


[caption id="attachment_382265" align="alignleft" width="700" caption=""]

14183998681260035437

[/caption]


Hingga semua selesai sholat zuhur, tidak ada satu pun penduduk setempat yang ikut melaksanakan sholat bersama kami, bahkan sholat sendiri pun juga tak ada. Satu persatu kami meninggalkan masjid tersebut yang belakangan saya ketahui bernama Masjid Al Huda. Saya lagi-lagi mengambil posisi paling terakhir, menutup pintu masjid, dan gerbang halaman masjid, tanpa terkunci!


Saya terpaksa harus ikhlas meninggalkan masjid dalam keadaan tanpa terkunci, karena di sekitar masjid pun jarang terlihat penduduk lokal yang lalu-lalang yang bisa dititipkan untuk mencarikan kunci atau menjaga masjid tersebut. Tapi sepertinya aman-aman saja. Ya, saya baru sadar bahwa ini bukan di pulau Jawa yang bejibun penduduknya, yang bahkan sendal pun bisa hilang di masjid.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline