Lihat ke Halaman Asli

ISPA Kita dari Jerebu yang Sama

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Jika peringatan di baliho dan iklan rokok tertera kalimat "Rokok Membunuhmu" bagaimana dengan kabut asap?? Yang jelas kabut asap (jerebu) lebih kejam dari asap rokok. Kabut asap layaknya sebuah mesin yang dapat membunuh jiwa secara massal"

Lima belas hari (15) hari pasca Annas Maamun-Arsyadjuliandi Rahman dilantik Mendagri Gamawan Fauzi (19/2/2014) sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Riau periode 2014-2019, mega kabut asap kebakaran hutan dan lahan kian parah menyelimuti seluruh bumi Lancang Kuning.

Kabut asap pekat dari kebakaran hutan dan lahan itu kemudian ditetapkan sebagai bencana daerah di Provinsi Riau. Dampaknya pun terasa secara sistemik menjangkiti warga yang berada di bawah atap "langit" Riau.

Erupsi Gunung Kelud dan banjir Jakarta yang awalnya mendapat perhatian lensa media nasional, kini mulai beralih ke provinsi yang sudah menetapkan bencana kebakaran hutan dan lahan itu sebagai agenda tahunan.

Dasyatnya dampak kabut membuat aktivitas belajar sempat diliburkan, bandara lumpuh, keberangkatan pelayaran laut dan sungai dibatasi, roda perekonomian di sejumlah pasar tradisional merambat pelan akibat minimnya transaksi hingga dikumandangkannya himbauan pemerintah daerah untuk mengurangi kegiatan di luar ruang kepada warga.

Puncaknya 12 kabupaten/kota di Riau saat ini menetapkan status darurat kabut asap kebakaran hutan dan lahan. Seluruh aktivitas warga di Riau saat ini sepenuhnya bergantung pada mega kabut asap kebakaran hutan dan lahan. Bila kabut asap menipis, selamatlah warga dalam menjalani rutinitas sehari-hari.Sebaliknya bila kian menebal, alamat lumpuhlah seluruh aktivitas warga yang bermuara pada penyakit ISPA.

Begitu parahnya kabut asap, data dilansir Dinas Kesehatan Riau, sebanyak 22.411 warga yang tersebar di 12 kabupaten/kota terjangkit

Indek Saluran Pernafasan Akut (ISPA), seperti mual-mual, tengorokan gatal, batuk, sesak napas disertai perihnya mata.  Angka ini terus melonjak dengan keluarnya data terbaru dari Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) yang mencatat sebanyak 30.000 warga Riau terserang ganguan pernafasan. "ISPA kita dari jerebu yang sama", begitulah ungkapan yang mengelayuti masyarakat Riau.

Jika peringatan di bungkusan rokok, baliho dan iklan ada tertera kalimat "Rokok Membunuhmu" bagaimana dengan kabut asap?? suka atau tidak, kabut asap ternyata lebih kejam dari asap rokok. Kabut asap layaknya sebuah mesin yang membunuh jiwa secara massal perlahan dan pasti.

Berdasarkan pantauan tim Satuan Tugas (Satgas) Penangulangan Kabut Asap Riau, Rabu (5/3/2014) masih terpantau 33 titik api (hotspot yang menyala di sejumlah titik di Riau. Ada juga puluhan titik api yang sudah padam dan menimbulkan kabut asap.

Titik api itu tersebar di tujuh kabupaten/kota di Riau. Yakni di Bengkalis, Kota Dumai, Kepulauan Meranti, Siak, Kampar, Pelalawan dan Indragiri Hilir.

Sebaliknya pantauan Satelit Citra,  titik api terkini yang terpantau di Riau mencapai 330 titik api. Pemandangan ini  layaknya bentangan bara dengan kepulan asap hitam dan pekat.

Titik api yang terpantau diduga berada di atas lahan perusahaan perkebunan kelapa sawit milik permodalan asing dan warga. Bulan Januari-Februari sepertinya menjadi momen strategis bagi para pengusaha perkebunan kelapa sawit yang memulai musim tanam dengan membakar lahan.

Kobaran api yang menjilat sisi bawah bumi Riau yang berkontur rawa gambut, minimnya tenaga dan sarana pemadam menjadi salah satu kendala bagi pemerintah daerah dibalik belum tuntasnya persoalan bencana kebakaran hutan dan lahan di Riau.

Sebelumnya, Malaysia, Singapura, dan Thailand mulai jengah dengan kabut asap yang datang dari Indonesia. Sejumlah maskapai dengan rute bandara dari Singapura ke Pekanbaru terpaksa ditunda hingga beberapa jam.

Seperti maskapai Silk Air yang pada Senin (3/3/2014) terpaksa menunda jadwal keberangkatan selama empat jam akibat kabut asap. Hingga Rabu (5/3/2014) belum ada pernyataan dari tiga negara tersebut soal gangguan kabut asap yang sudah rutin terjadi setiap awal musim kemarau melanda.

Salah satu media televisi lokal Singapura sempat melansir berita yang meminta pemerintah Indonesia membuktikan adanya keterlibatan perusahaan asal Singapura yang terlibat dalam pembakaran hutan dan lahan.

Upaya memutus mata rantai titik api yang menyumbul silih berganti di seluruh daerah membuat pemerintah tak pernah lelah berjibaku mamadamkan api. Selama menangani kebakaran, Satuan Tugas (Satgas) penanganan karhutla menurunkan sekitar 2.500 personil dari berbagai unsur. Mereka dibagi atas tim darat, udara, medis dan pemantauan.

Gubernur Riau Annas Maamun menyatakan kebakaran hutan dan lahan 2014 sudah menimbulkan kerugian triliunan rupiah bagi perekonomian. Masyarakat banyak terserang ISPA dan berbagai penyakit lainnya. Ekosistem dan ekologi lingkungan rusak karena kebakaran.

"Ribuan hektare lahan pertanian, perkebunan, hutan dan lahan gambut di Riau hangus terbakar. Ini sangat berdampak buruk bagi Riau dan provinsi lainnya, karena asap juga sudah menyebar ke tempat lain," ujar Annas Maamun, Rabu (5/3/2014).

Dalam penanganan karhutla 2014, Pemprov Riau sudah menggelontorkan dana Rp10 miliar dan miliran lagi yang digelontorkan BNPB untuk Satgas.

Sementara itu, pihak kepolisian (Polda) Riau terus berjibaku menangkap puluhan pelaku pembakar lahan ditengah kian menebalnya kabut asap. Mereka yang ditangkap ada yang mengaku sebagai suruhan dan pemilik lahan.

Benarkah ada keterlibatan perusahaan kelapa sawit permodalan asing asal Malaysia dan Singapura dibalik jerubu ini? yang pasti bila  terbukti aparat kepolisian pasti menyikat siapa saja yang terlibat dalam aksi pembakaran hutan dan lahan. Semoga jerebu yang menindas warga Riau segera berlalu. ***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline