Assalamu'alaikum, Kak, semoga kau tak terkejut membaca tulisanku.
Sekarang Kakak pasti sedang berpikir bahwa aku lagi kumat. Ya tak apalah, Kak. Liburan masih di rumah aja, bikin aku mati gaya. Akhirnya yang bisa kulakukan hanyalah keisengan yang nyata.
Semoga Kakak masih mengingat, pertama kali kita bertemu, aku hanya bisa memanggilmu kakak. Ya, karena kau memang kakak tingkatku. Dan aku adalah dedek cantik yang sering telat berangkat praktikum. Yang saat itu Kakaklah yang menjadi assisten laboratorium. heee... maaf ya, Kak...
Semoga kau tak mengenang kelakuan burukku kala itu, karena di balik itu aku tetap bekerja keras agar nilaiku tidak memalukan. Hehe...
Makasih juga Kak, atas semua bantuanmu yang tidak bisa kusebutkan satu per satu. Dari dulu Kakak perhatian banget sama aku. Tali sepatuku aja diiketin. Bikin aku luluh. Udah ganteng, baik lagi.
Kakak tauu gak? aku nulis ini sambil gemetaran, deg-degan, seperti orang mau remedi ujian, eh.
Rasanya baru kemarin kita duduk di pelaminan, eee... sekarang kita sudah berempat gandengan.
Sudah ya Kak... Segini aja, kalau diterusin nanti terlalu panjang kayak kereta.
Semoga, Kakak gak malu pernah punya adik tingkat seperti aku.
Dari aku;
Adik tingkatmu yang unyu-unyu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H