Bagi kalian generasi milenial, penikmat musik, pernahkah kalian mendengar Makara band ? Jika belum, sebaiknya kalian perlu mendengarkannya. Band yang dibentuk tahun 1980an ini, memiliki pesonanya sendiri, mereka merupakan band yang merepresentasikan band progressive rock era 80an. Kalian bisa melihat dunia musik Indonesia, saat itu yang sedang gencar di warnai music rock, khususnya band-band rock dari luar negeri.
Makara band adalah salah satunya. Perlu kalian para milenial tahu juga, bahwa kala itu band di Indonesia, tidaklah sebanyak sekarang. Dimana semuanya berlimpah ruah di platform media social, seperti; Youtube, Vevo, Spotify, dsb. Jadi cukup mudah untuk mengenal dan mengingat sebuah grup musik.
Makara terbentuk di kampus Universitas Indonesia, Fakultas Hukum. Sejak berdirinya dari tahun 1980-2022, Makara mengalami pergantian personel sebanyak tiga kali. Kala itu, Makara sendiri membawakan lagu-lagu yang bertemakan perjuangan mahasiswa era pemerintahan orde baru. Lagu 'Laron-Laron' ialah satu dari tiga lagu Makara yang terkenal, bercerita tentang kegagalan program transmigrasi pemerintah.
Lagu 'Sangkakala' juga tak kalah vokalnya, bertutur tentang tindakan pemerintah yang melarang aktifitas politik mahasiswa dikampus. Sedangkan lagu 'Maureen' agak berbeda dari kedua single Makara sebelumnya. Lagu Maureen menceritakan tentang perempuan dipantai Senggigi, Lombok yang tidak bisa membangun desanya, karena terhalang oleh budaya setempat didaerahnya yang tidak memperbolehkan wanita menjadi pintar.
Dalam sejarah perjalanan Makara band, sejak tahun 1980 s/d 2022, mereka mengalami pergantian personel sebanyak tiga kali. Makara Mark One (1980-1987), diisi oleh Harry Moekti (vokalis), Kadri Mohamad (vokalis), Andy Julias (drum), Januar Irawan (bassist), Adi Adrian (kibordis), Agus Anhar (gitaris), pada Makara formasi awal ini album mereka diproduksi oleh ProSound dan menggandeng Billboard sebagai jalur distribusinya. Genre art-metal dibawakan Makara band pada publik kala itu.
Lalu Makara Mark Two (2001-2008), pada era ini Makara digawangi oleh Kadri Mohamad (vokalis), Andy Julias (drum), Fadhil Indra (kibordis), Ule Awan Setiawan (kibordis dan gitaris), Rifki Rachmat (gitaris), Kiki Caloh (bassist), Jimmo (vokalis). Single 'Maureen'pun tercipta, dengan konsep yang menarik, yaitu daftar lagunya menjadi satu rangkaian cerita yang berurutan. Lagu ini bercerita tentang wanita di Senggigi, Lombok yang bunuh diri, karena tidak dapat memajukan desanya, yang disebabkan pandangan negative, masyarakat dikampungnya, yang menganggap wanita tidak boleh berpikiran maju. Album 'Maureen' (2008), ada dibawah bendera PRS Records. Album Maureen kurang mendapat respon dari pasar, maka sebagian anggotanya membentuk The KadriJimmo (KJP)
Selanjutnya Makara Mark Three (2021-sekarang), pada format Makara yang terbaru ini, lagu 'Laron-Laron' dipakai sebagai soundtrack film. Berawal pada tahun 2021, ketika Pak Adi Nugroho (Prosound) berencana merilis rekaman album Makara di Spotify. Bersamaan dengan itu pula, PALARI film meminta agar lagu 'Laron-Laron' dipakai sebagai OST film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas". Kadri lalu mengajak Adi Adrian agar mengaktifkan Makara band kembali. Adripun sepakat, mereka lalu membentuk Makara band dengan personil anyar. Dipilihlah Budhy Haryono (drum), Noldy Benyamin (gitaris), Soebroto Harry (bassist), Adi Adrian (kibordis), Kadri Mohamad (vokalis), dan Jimmo (vokalis). Berbekal pengalaman dari para personelnya, Makarapun siap kembali masuk dapur rekaman.
Makara Band Mengatasi Jaman
Sebagai band legendaris Indonesia, Makara band mempunyai pengalaman berkarir dibidang musik dan kebijaksanaan dari masa lalu, yang bisa kita simak. Beberapa waktu silam, saya berhasil mewawancarai Makara band. Hal yang menarik dari wawancara saya kali ini adalah saya mewawancarai dengan empat personel Makara band sekaligus. Mereka berbicara tentang kebangkitan Makara band kembali. "Ada semangat idealisme progresif rock yang kita usung, kita tidak main di segmen pop, rock atau yang lain. Karena menurut saya musik itu siklusnya 'kan selalu berulang, jadi ya...terus berputar siklusnya...", terang Adi Adrian yang juga memperkuat band KLA Project ini. Ia lalu bercerita tentang pertemuanya dengan Kadri dan Budhy, di tahun 1986 dan pentingnya chemistry dalam sebuah band.
"Saya percaya musik kita masih relevan, Kadri sendiri bilang kalau kita sendiri (Makara-red) masih memainkan musik lama, kita pengen mendapatkan chemistry lagi. Saya bertemu Kadri sudah cukup lama, dulu albumnya itu tahun 1986, lalu Budhy Haryono tahun 1986 juga....kita ngejam session secara live, supaya timbul chemistrynya...terus masuk juga anggota baru; Noldy, additional player Eggy, Yangjay...kita berusaha mendapatkan chemistrynya untuk bisa menghasilkan karya musik", jelas Adi lagi.
Sebagai grup band, Makara sudah melewati 36 tahun di dunia industri musik Indonesia. Pada era kemunculannya dulu, kondisi musik dunia tidaklah seriuh sekarang. Jika dulu akses untuk memiliki hasil karya musisi hanya bisa didapatkan di toko kaset. Tidak berlaku untuk jaman milenial sekarang, kita bisa mendapatkan hasil karya musisi, tidak cuma di toko kaset / toko yang menjual karya musisi, tapi juga didunia maya.