Lihat ke Halaman Asli

feri anto

Menulis untuk Indonesia

Interview Session (1); Catatan Musikal Anto Hoed untuk Indonesia

Diperbarui: 2 September 2021   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Anto Hoed

Siapa yang tidak kenal Melly Goeslaw & Anto Hoed. Sepasang suami istri ini merupakan langganan pembuat soundtrack film. Lagu gubahan mereka selalu meninggalkan kesan mendalam bagi, pendengar musik Indonesia. Lirik lagu yang puitis karya Melly Goeslaw seolah menjadi satu dengan harmoni musik Anto Hoed. Sulit menyebut nama Melly Goeslaw tanpa Anto Hoed.

Begitupun sebaliknya, akan menjadi tidak utuh, mengucap Anto Hoed tanpa Melly Goeslaw. Musik mereka berpadu dalam nada yang indah, mengisi ruang hati yang kosong. Karya dua sejoli ini membawa kita menyusuri memori asmara yang tersimpan dalam kalbu. Tidaklah mudah untuk melupakan pesona musik dari Melly Goeslaw & Anto Hoed.

Dalam tiap lirik lagunya, Melly menuangkan kata-kata dengan cermat. Ia seakan mengerti tiap lekuk batin pendengarnya. Aransemen musik Anto Hoed yang megah saat menggarap soundtrack film, ikut membuat jiwa kita larut dalam lagu mereka. Selain berpartner sebagai pembuat scoring film, Anto Hoed dan Melly Goeslaw juga tergabung dalam grup band Potret.


Dalam grup band ini Anto Hoed berperan sebagai bassist. Meski melakukan peranan yang berbeda, tapi ia bisa membawakan permainanya dengan baik. Dengan peran yang berbeda ini, kita bisa melihat dua sisi karakter Anto sebagai musisi. 

Sebagai seniman ternyata Anto juga mempunyai pandangannya sendiri tentang, dunia musik yang ia geluti. Tak banyak yang tahu pula, kalau ia juga tergabung dalam Anggota Akademi Jakarta. Beruntung saya bisa berbincang dengan Anto Hoed ditengah kesibukan bermusiknya.

Anto dapat mendayagunakan bassnya, sehingga itu memperkuat karakter suara bassnya dalam band Potret. "Waktu itu kita cuma praktis, alatnya cuma bass,drum, sama gitar. 

Jadi karena cuma tiga itu, jadi masing-masing jadi penting. Sehingga harus bisa cari bass line sendiri, jadi harus cari bunyi untuk nutupi itu semua. Jadi bunyinya drum memang cocok dengan vocal, bunyi bass cocok dengan gitar. Itu dicari emang sih, jadi pada frekuensi tertentu saya nggak hanya, cari sound sebagai bass pada umumnya. Jadi saya nyari gimana bass bisa berfungsi pada situasi yang seadanya", jelas pria kalem ini.

Setiap pemain musik, pasti mempunyai instrument bersejarahnya. Begitu juga Anto Hoed, yang memiliki sejarah tersendiri dengan bassnya. "Kalau alat musik yang bersejarah, ya bass mungkin ya. Pasti bass, tapi bass yang dulu udah nggak ada, karena hilang, ada yang dijual karena nggak punya uang. Macem-macem. Tapi  yang saya suka ada beberapa aja. Saya sekarang kan lebih banyak producing yaa,jadi bass yang saya punya aja. Bass fender, ada dua Fender, Rickenbecker, bass Upright bagus, tapi dipake sama temen.Selain itu biasa aja sihh, saya nggak terlalu yang suka kumpulin instrument gitu".

Dewasa ini perkembangan teknologi, semakin cepat. Tak terkecuali juga dibidang musik. Jika dulu untuk merekam music masih membutuhkan peralatan manual. Sekarang semuanya serba terkomputerisasi. 

Menurutnya, perbedaan jaman itu tak jadi soal. Kita hanya perlu melihatnya dari sisi yang lain. "Kalau saya butuh sound apa / tertentu, baru saya cari. Karena saya biasa bekerja dengan segala kekurangan, karena jaman dulu saya memang kurang alatnya. Saya lebih eksplore dari apa yang sudah ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline