Sejenak aku lupa, menghitung hari,
jam dan waktu,
Disaat kesunyian ini hadir, membentangkan angin penuhi,
samudera kehidupan
Dari sudut sinarnya aku lihat,
genit mengerling bintang kejora, laksana gadis menyerahkan keperawanannya,
meski doa mendera, tak hiraukan luka
Aku terdiam pilu,
sayu mendekap wajah-wajah nan pasrah,
melontarkan amarah diantara kepingan-kepingan hirarki,
nan tak kunjung usai
Mungkin ini satu tegukan terakhir,
sisa kopi pagi tadi,
dan inipun terakhir kuhisap puntung lisong,
terselip disela-sela kantong
Aku tulis sebagian catatan,
sebagai kesaksian,
sekedar menyapa,
dari kenangan masa, yang meronta
Aku tak mau berandai-andai,
meski engkau rindukan, yang terbungkus dalam kemunafikan
tanpa cela
Dan kini kubayangkan, melesat kilat
anak panah dari panahan Dewata
yang aku sendiri tak kuasa
memeluknya lebih erat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H