Lihat ke Halaman Asli

Bens

Musafir Malam

Puisi | Kelana

Diperbarui: 15 Oktober 2019   07:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sembah Pangabekti,
Titah dawuh ku sematkan, menancap
direlung dalam, yang
tersembunyi

Nanar Sang Surya,
menatap keindahan cakrawala, molek 

berseri, dalam balutan maya

mengantarkan mega menepi perlahan

Jagat Semesta,
tak mampu lagi aku berdiam diri, dalam
keriuhan murka wajah-wajah durjana
dan nestapa

Dan tak mampu lagi aku mendengar,
kidung gending lokananta,
semakin sayup bergemuruh bebatuan

Duhai Dewata Nan Agung,
Masihkah ada tersisa,
Kelopak mataku melihat kebenaran,
Gendang telingaku mendengar kejujuran

Oh ... Wahai Debu
Ingin kau bawa aku serta,
mengawang-awang mengibaskan kebebasan,
menengadahkan tanpa harapan

Cahya butir pancuran, menyilaukanku
namun tak mampu kupejam,
menerobos hingga sembilu,
diantara doa dan yang dihadapkan

tanpa mampu aku melawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline