[caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Mana yang lebih penting dikembangkan, pekerjaan atau profesi? (Ilustrasi: www.efind.co.il )"][/caption]
Beberapa tahun lalu saya sempat terlibat diskusi hangat dengan seorang teman tentang perbedaan antara profesi dan pekerjaan. Terus terang diskusi itu belum tuntas hingga hari ini. Bagi kebanyakan orang, profesi dan pekerjaan sama saja. Saya juga pernah berpendapat demikian sampai saya menemukan bukti-bukti empiris untuk membedakan keduanya. Tentu saja berdasarkan argumentasi saya.
Diantara keduanya bisa berhimpit, bisa juga terpisah. Bagaimana penjelasannya? Mari kita mengambil contoh dalam kehidupan keseharian. Mari kita mengambil contoh pekerjaan yang paling sering kita lihat sehari-hari, sebutlah pekerjaan tukang parkir. Yang kita maksudkan tentu saja adalah tukang parkir resmi. Apa sebenarnya tugas seorang tukang parkir?
Jawabannya secara garis besar adalah mengatur kendaraan yang masuk ke tempat parkir agar tidak simpang siur penempatannya, menjaganya selama masih di dalam area parkir dan memastikan kendaraan bisa keluar saat pemiliknya bermaksud mengambil kendaraannya. Katakanlah nama tukang parkir itu adalah bang Jali yang menjadi tukang parkir resmi di salah satu rumah makan Padang.
Ketika selesai bertugas sekitar jam lima sore, bang Jali pulang dan digantikan oleh Hamid. Di tengah perjalanan pulang, bang Jali melihat di depan sebuah rumah makan yang menjual ayam taliwang, kendaraan parkir tunggang langgang. Dapatkah bang Jali singgah untuk mengatur parkir di tempat itu? Jawabannya, tentu saja tidak boleh karena pekerjaannya adalah tukang parkir di rumah makan padang.
Bagaimana dengan seorang dokter yang baru saja pulang dari sebuah rumah sakit tempatnya bertugas dan mendapati seorang korban kecelakaan tergeletak dipinggir jalan. Bolehkah dia mampir untuk memberikan pertolongan medis? Jawaban saya, bukan hanya boleh tetapi seharusnya memang begitu. Di tempat kerjanya, dokter Syamsul, sebutlah namanya demikian, adalah Kepala Rumah Sakit yang membawahi sekian banyak dokter, perawat dan pegawai administrasi.
Nah, dari kedua contoh tadi dapat dibedakan mana yang tergolong pekerjaan dan mana yang tergolong profesi. Tukang parkir adalah contoh yang saya sebut pekerjaan dimana yang bersangkutan hanya boleh menggunakan keahliannya di tempat dimana dia ditugaskan. Sementara dokter saya katagorikan profesi karena selain di tempat tugasnya, dia boleh menggunakan keahliannya sebagai dokter dimana saja, tetapi dia tidak boleh mengurus manajemen organisasi di rumah sakit yang lain, meski ia juga ahli manajemen rumah sakit, meskipun rumah sakit yang lain itu manajemennya amburadul.
Bagaimana dengan pemadam kebakaran, penulis, wartawan, peragawati/ peragawan, pilot, guru, pegawai negeri/ swasta, sopir, penyanyi, tukang masak, pengrajin, pelayan, perawat, pengasuh bayi, pembantu rumah tangga, penceramah, wakil rakyat, presiden, gubernur, pengusaha, perantara, penggali kubur, penjudi, perampok, pencuri, pencopet, penipu, penadah. konsultan, pelatih, manajer, direktur, pengkhotbah, peternak, petani, nelayan, tukang cukur, penari, pelajar, olahragawan/ olahragawati, tukang jahit, tukang sablon, tukang foto copy, dan lain-lain yang sempat anda ingat, silahkan ditambahkan.
Bila anda dalam posisi sebagai Direktur Pengembangan Sumberdaya Manusia, manakah yang menurut anda lebih berguna untuk dikembangkan, apakah profesi orang-orang yang ada di dalam wilayah kewenangan anda ataukah pekerjaannya?
Silahkan ditanggapi bila ada waktu, sekedar seru-seruan dan mengasah pisau analisis.
--------------- @ben369 --------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H