Pooling Kompasiana untuk menjaring pendapat netizen mengenai Siapa kira-kira pasangan Presiden dan Wakil Presiden yang diminati oleh netizen telah berlangsung beberapa hari. Meski animo pemilih tidak bisa terpantau, tetapi tidaknya menarik untuk mengamati perolehan hasil sementara dari sejumlah pasangan yang telah dipilih oleh netizen.
Pada hari ini Rabu 19/03 pukul 08:00 wib, terpantau dari halaman pool Kompasiana posisi teratas ditempat pasangan Jokowidodo – Anas Baswedan (10,52%) disusul Prabowo Subianto – Jokowidodo (7,89%) dan di peringkat tiga muncul pasangan Jokowidodo – Prananda Prabowo (5,26%).
Mungkin kemunculan Prananda cukup mengejutkan bagi kebanyakan orang, tetapi bagi yang pernah membaca tulisan saya pekan lalu di forum Kompasiana ini, saya yakin tidak terlalu kaget. Kalau Anas Baswedan, Jusuf Kalla dan lain-lain saya yakin orang semua sudah tahu, tetapi Prananda Prabowo? Siapa gerangan. Apakah dia putra dari Prabowo Subianto yang juga digadang sebagai Calon Presiden didampingi Jokowidodo oleh netizen? Tentu saja bukan. Lalu siapa? Benar-benar kuda hitam.
Profil Sang Kuda Hitam
Bernama lengkap Muhammad Prananda Prabowo, lahir 23 April 1970, pria yang selalu tampil dandy ini mengingatkan orang pada sosok Soekarno muda yang selalu tampil perlente dan berkarisma. Memang tidak salah kalau ada kemiripan karena Prananda yang akrab dipanggil Nanan ini adalah cucu dari sang Proklamator, Bung Karno.
Mengapa tidak banyak dikenal publik? Meski posisinya adalah pengurus teras PDI-P dan putra Megawati, sama dengan Puan Maharani sang adik, tetapi dia memilih mengurusi internal organisasi sebagai Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Situasi Dewan Pimpinan Pusat PDI-P. Ia bahkan memilih tidak mencalonkan diri sebagai anggota DPR meski tawaran datang bertubi-tubi. Ia memilih mendamping sang Ibu saat menghadapi masa-masa berat sebagai partai opsisi sejak tahun 2004.
Namun bagi kalangan pengurus dan kader PDI-P di seluruh tanah air, ayah dua anak ini meski jarang tampil tapi bukan sosok asing. Ia memiliki pergaulan yang luas di lingkungan internalnya. Pertama kali muncul di depan publik saat Megawati mengajaknya dalam konferensi pers bersama sang adik, Puan Maharani, menjelang pembukaan Kongres III PDIP 2010 di Bali.
Jelas ia bukan politisi karbitan yang baru kemarin berkecimpung di dunia politik. Kader PDI-P sangat dekat dengan sosok yang dalam pergaulan tidak pernah memilih-milih orang ini.Dialah yang selama ini berada di belakang sejumlah peristiwa penting dan langkah-langkah strategis yang diambil oleh PDI-P, termasuk dukungan kepada Megawati ketika akan memutuskan menyetujui atau tidak Jokowi maju bersaing sebagai orang nomor satu di DKI.
Sosok Dibalik Pembacaan Dedication Of Life oleh Jokowi
Bahkan, sebagaimana diberitakan oleh merdeka.com dialah sosok di balik pembacaan Dedication of Life Bung Karno oleh Jokowidodo yang menghebohkan itu dan menjadi headline sebahagian besar media di Indonesia. Itulah sinyal awal dari PDI-P khususnya Megawati mengenai kemungkinan menjadikan Jokowi menjadi sosok penting bagi PDI-P ke depan.
Lalu apa kata Jokowi tentang sosok yang kini digadang oleh sejumlah netizen untuk mendampinginya maju sebagai wakil menuju RI-1? “Ia pribadi yang pendiam, tapi masalah pengorganisasiannya detil dan kuat. Dia orang yang paling menonjol, dekat dengan siapapun, khususnya rakyat dan tidak suka membeda-bedakan orang,” demikian kesan Jokowi tentang sosok Nanan sebagaimana dikutip dari Wikipedia
Bukan hanya Jokowi yang berkomentar tentang Nanan di Wikipedia. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendapat kesan mengenai sosok Nanan yang dinilainya pendiam, tetapi dalam ruang-ruang tertentu sarat dengan aktivitas. “Saya pernah berdiskusi, dia sangat paham tentang ideologi. Dia memiliki pemahaman yang lengkap akan demokrasi dan ideologi. Dia adalah representasi garis ideologis sekaligus titisan biologis trah Bung Karno,” ujar Ganjar.
Melihat hasil sementara pooling Kompasiana ini, meski tidak spektakuler tetapi setidaknya menyadarkan orang bahwa ada sosok alternatif selain yang disebut-sebut selama ini. Apalagi melihat adanya ketidakmungkinan Anas Baswedan yang telah memilih bergabung dengan partai demokrat dan telah ikut konvensi. Dengan Prabowo Subianto pun sepertinya peluang itu makin mengecil akhir-akhir ini. Jadi bisa dikatakan hasil pooling sementara Kompasiana probabilitas teratas adalah yang saat ini berada di peringkat ketiga.
Menurut pengamat politik, Mulyana kepada Republika Online, PDIP yang berkembang di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum diyakini tidak akan meninggalkan kaitan historisnya dengan Bung Karno. Hal tersebut akan menjadi faktor penentu utama bakal cawapres yang didukung PDI-P.
Mulyana menambahkan, jika Jokowi ditetapkan sebagai capres PDIP atau koalisi PDIP, sangat tipis kemungkinan tokoh nasional lain di luar trah Bung Karno, apalagi yang bukan dari internal PDIP, untuk menjadi cawapres sebagaimana yang banyak dispekulasikan akhir-akhir ini.
------------------- @ben369 ------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H