Lihat ke Halaman Asli

Ben Baharuddin Nur

TERVERIFIKASI

Quick Count Pemilu Legislatif 2014

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="638" caption="Radio Republik Indonesia  saja dengan infrastrukturnya bisa lakukan hitung cepat | foto: www.rri.co.id"][/caption]

Sebentar lagi mata dan telinga jutaan warga Indonesia akan tersedot ke suatu metode penghitungan suara yang disebut Quick Count. Namanya juga quick count yang berarti perhitungan cepat, dia harus hadir segera menyajikan informasi, meskipun bukan informasi resmi.

Seberapa akurat hasil hitung cepat ini sebenarnya? Berdasar pada pengalaman hitung cepat pada perisitiwa yang sama, perbedaan antara hitungan resmi dan hitungan cepat di Pemilu 2009 lalu, ternyata hanya nol koma sekian persen, akurasi yang patut diacungi jempol sebenarnya mengingat besaran jumlah suara yang harus dihitung.

Bagaimana cara mereka mendapatkan informasi yang begitu akurat? Bayangkan kalau anda mau menghitung perolehan suara di daerah pemilihan (dapil) anda sendiri lalu mengutus sejumlah orang yang anda percaya ke semua TPS di dapil anda itu. Setelah TPS ditutup dan penghitungan suara rampung, pasti sudah didapatkan data akurat dari tiap hitungan resmi di TPS. Selanjutnya orang kepercayaan anda mengirim info perolehan suara di setiap TPS kepada anda yang kemudian anda tabulasi. Saat itu juga anda sudah punya pegangan, apakah partai anda menang atau kalah di dapil anda itu, lengkap dengan angkanya.

Nah bayangkan kalau semua partai melakukan itu melalui bantuan kadernya masing-masing, maka seharusnya semua partai sudah punya pegangan mengenai kemenangan dan kekalahan partainya dari semua daerah pemilihan di Indonesia sesaat setelah semua TPS rampung melakukan perhitungan suara.

Kalau partai yang mengumumkan kepada publik, pasti tingkat kepercayaannya kurang karena rakyat berpikir pasti si partai yang mengumumkan ada kepentingan di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan lembaga survey independen untuk melakukan pekerjaan itu dengan menggunakan tenaga sukarelawan mereka sendiri.

Semakin besar jumlah sukarelawan dari sebuah lembaga survey, berarti semakin banyak TPS yang bisa dilaporkan. Jadi sebenarnya mereka tidak lagi mengambil sekedar sampel, bahkan cenderung mengambil data dari populasi dimana sekali lagi saya katakan sangat tergantung pada jumlah dan sebaran sukarelawannya.

Karena adanya perbedaan waktu, jumlah pemilih, dan kendala lokal lainnya, tidak semua TPS dapat merampungkan perhitungan pada waktu yang bersamaan. Makanya pada saat tayang di televisi, biasanya terjadi perlombaan perolehan suara yang tampak kejar-kejaran antara satu parpol dengan parpol lainnya. Semakin banyak suara yang masuk dari sukarelawan, maka semakin mengerucut kepada sejumlah partai yang dominan, dan semakin lama semakin jelas berapa persen perolehan dari masing-masing partai.

Masing-masing parpol tinggal mencocokkan dengan hasil hitungan masing-masing. Protes dari Parpol terhadap quick count biasanya dilakukan oleh partai kecil yang sukarelawannya terbatas dimana mereka biasanya memiliki data yang cakupan sumbernya terbatas yang berpotensi berbeda dengan cakupan lembaga survey.

Sesaat lagi kita akan melihat quick count di Metro TV, TV One dan stasiun TV lainnya.Selamat menikmati Quick Count Pemilu Legislatif 2014. Salam Kompasiana (ben369).

--------------------------- @ben369 --------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline