Lihat ke Halaman Asli

BEM FKIP UHAMKA

Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Akademia: Sisi "Radikal" dalam Mahasiswa yang Terasingkan

Diperbarui: 17 Januari 2023   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BEM FKIP Uhamka kembali menggelar Akademia kedua dengan tema “Mahasiswa Radikal” berkolaborasi dengan ISC  (Intelegentsia Study Club) dan HIMAS UHAMKA. Diskusi ini mengkaji kata “radikal” dan implementasinya dalam pemikiran serta perbuatan.

Kegiatan Akademia kali ini diisi oleh pemantik dari Intelegentsia Study Club, yakni Nana Ariadi selaku pengurus ISC 2022-2023. Selain itu pemantik kedua oleh Muhammad Agus Salim selaku Ketua Bidang Akademik dari HIMAS (Himpunan Mahasiswa Sejarah) UHAMKA.

Diskusi diawali dengan pembahasan terkait pembedahan dari kata “Radikal”, serta kesalah pemaknaan dari kata tersebut dalam masyarakat. Pemantik pertama yakni Agus Salim mengutip pendapat ahli, dan menjelaskan secara historis.

“Orang radikal yaitu orang yang berpikir melampaui zamannya, sayangnya terdapat perubahan makna dari stigma yang posititf ke arah negatif”, Ujar Agus.

Dia beranggapan radikal merupakan cara berpikir seseorang untuk senantiasa berkembang demi memperoleh gambaran ke masa yang akan datang, serta mempersiapkannya. Pandangan masyarakat terhadap kata “radikal” juga telah berubah karena menganggap radikal itu sama dengan radikalisme.

Agus menambahkan, “Terdapat perbedaan makna antara “radikal” dan “radikalisme”. Makna “radikal” yaitu sebuah pemikiran untuk membawa perubahan, sedangkan “radikalisme” sekelompok orang yang mengganti ketatanegaraan”.

Anggapan itu juga yang menyebabkan pemikiran pemuda atau mahasiswa tidak diperbolehkan radikal, padahal dengan memiliki dasar pemikiran radikal seseorang dapat berkembang, lebih lanjut dapat membawa perubahan konstruktif di tengah masyarakat.

Setelah itu, Nana Riadi selaku pemantik kedua menyambung diskusi dengan pemaparan terkait refleksi mahasiswa radikal. Seperti mengapa seorang intelektual harus berpikir secara radikal, dan bagaimana pemikiran radikal dapat membersamai mahasiswa dalam pergerakan.

Nana memulai pantikannya dengan sebuah cerita naratif yang pernah diutarakan salah satu sosok yang menjadi inspirator para mahasiswa yakni Soe Hoe Gie- tokoh pemuda yang diidamkan para mahasiswa karena kalimatnya yang terus abadi tentang idealisme.

“Seorang mahasiwa itu ibarat koboy yang datang ke suatu daerah yang penuh dengan bandit (masalah), ketika tugasnya dan masalah di daerah tersebut diselesaikan dia akan menghilang” Tutur Nana.

Nana menganggap bahwa mahasiswa tidak perlu menampilkan dirinya ke publik cukup fokus ke permasalahan yang ada. Membawa perubahan bagi daerah suatu permasalahan dapat dipupuk dengan pemikiran radikal, semangat yang dimiliki tersebut menjadi modal bagi mahasiswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline