Lihat ke Halaman Asli

30 September 1965 & Partai Komunis Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apapun namanya, Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI, atau G-30S/PKI, disebut pula Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), maupun Gestok (Gerakan Satu Oktober), bagi saya sama saja. Yang menjadi pertanyaan, ingatkah hari ini adalah peringatan hari bersejarah? Hari di mana seharusnya bendera setengah tiang dikibarkan di depan beranda-beranda rumah? Jika baru ingat, mari segera kita pasangkan di beranda. Memberi hormat pada darah pahlawan yang mereka korbankan, yang kemudian dengan tuntas dapat “membersihkan” dari laten komunis di bumi nasionalis ini. Tepat pada 30 September 1965, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang dilakukan oleh para pengawal istana (Cakrabirawa) yang loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol Untung. Entah begitu banyak versi yang menceritakan tragedi ini, yang jelas tujuan kudeta daripada pemerintahan negeri ini pasti akan berimbas pada ideologi bangsa ini jika 47 tahun silam bahaya laten itu tidak segera diberantas. Dengan pandangan sempit ini kami tidak habis fikir, adanya ideologi Pancasila yang merupakan perwajahan nilai dan budaya masyarakat negeri ini sebenarnya dan seharusnya sudah cukup kuat untuk tidak mengizinkan masuknya ajaran komunis di bumi Indonesia. Jelas itu dua ideologi yang berbeda. Yang mana tegas tersirat pada alasan mengapa MPRS pada tahun 1966 mengeluarkan Ketetapan No. XXV Tahun 1966 Tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Pernyataan Sebagai Organisasi Terlarang di Seluruh Wilayah Negara Republik Indonesia Bagi Partai Komunis Indonesia dan Larangan Setiap Kegiatan Untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. Ketiga alasan itu adalah, pertama, ideologi komunis bertentangan dengan Pancasila. Dalam ideologi komunis, ideologi itu tidak mengenal Tuhan, sedang Pancasila jelas-jelas, dalam Sila I, mengakui adanya Ketuhanan yang Mahaesa. Kedua, dalam sejarah, partai yang berideologi komunis dalam meraih kekuasaan melakukannya dengan cara-cara kekerasan. Ketiga, pembubaran PKI di Indonesia merupakan salah satu tuntutan dari gerakan mahasiswa tahun 1966 dengan Tritura-nya. Lalu di sebelah mana Komunis dapat disejalankan dengan partai-partai lain di negeri ini? Bagaimana komunisme ada di negeri yang menganut nasionalisme Pancasila? Hal tersebut yang harus menjadi “dasar” bagi kita untuk tetap menolak adanya komunisme di Indonesia. Karena merubah ideologi berarti “melukai” nilai yang telah hidup dalam masyarakat Indonesia berpuluh bahkan beratus tahun silam, bahkan mungkin di masa kerajaan masih menguasai nusantara. Tidak tepat dikatakan perayaan untuk mengingat hari ini, sekedar “perisai” bagi kita pemuda-pemudi yang harus berjiwa nasionalis Pancasila, mengingatkan bahwa bahaya laten yang merusak tata hukum dan ideologi itu lebih menakutkan daripada sekedar bahaya kejahatan kriminologi yang kasat mata. Karena bahaya laten ini dapat dengan mudah merusak jiwa pemuda-pemudi bangsa, karena bahaya laten tanpa terlihat justru dapat menimbulkan bahaya jauh diluar dugaan kita. Kemudian “PR” kita adalah memperkokoh Pancasila dalam jiwa, bukan hal yang sulit karena justru nilai-nilai itu tumbuh dengan sendirinya di nusantara ini, yang diwariskan nenek moyang untuk membangun negeri dan bangsa ini. Mungkin bahaya laten yang kita hadapi bukanlah komunisme September 47 tahun silam. Namun bukan berarti jiwa komunis itu hilang, karena bagi kami mereka yang tidak punya rasa nasionalis dan tidak takut Tuhan dengan “membunuh” rakyat secara perlahan itulah bentuk komunis di era Indonesia berkembang. Tahukah siapa mereka? Ya, koruptor yang tidak lagi berjiwa Nasionalis Pancasila, yang tidak takut "Tuhan", lebih gila kedudukan daripada memahami "kemanusiaan", mencintai dirinya daripada merindukan "persatuan", yang memanfaatkan kedudukan untuk dirinya bukan mewakili arti "kebijaksanaan dan permusyawaratan", dan mereka yang tidak mendahulukan "keadilan rakyat" sebelum kepentingannya sendiri. Komunisme dalam arti apapun itu bagi kalian, mari kita maknai hari ini sebagai hari Pancasila vs Komunisme. Tumbuhkan semangat Pancasila di diri kita, berantas jiwa yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Bagaimanapun Pancasila adalah yang terbaik bagi negeri ini. Dan tahukah Pemuda..bukankah negeri ini tidak akan ada apa-apanya tanpa ideologi yang jelas? Bukankah negeri ini tidak akan ada harganya tanpa Pancasila dan pemudanya yang berjiwa nasionalis? Bukankah negeri ini ada di pundak, tangan dan kaki kita? 30 September, 47 tahun silam..semoga arwah para pahlawan yang memperjuangakan Pancasila di bawah kekuasaan Komunis yang menekannya selalu terselimuti doa dan semangat merah putih.
_Kementerian Kajian Strategis BEM FH UNS Kabinet BERANI_
Twitter BEM FH UNS
Facebook BEM FH UNS
Website BEM FH UNS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline