Lihat ke Halaman Asli

I Made Sarjana

Orang desa penjelajah nusantara

Menjadikan Kampung Lobo, Teluk Triton, Kaimana Bukan Sekadar Objek Foto

Diperbarui: 11 Desember 2021   20:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemandangan alam dari Menara Pandang Siam Merawas/Tangga Seribu (dokpri)

Peneliti Pusat Unggulan Pariwisata (PUPAR) Universitas Udayana yang tergabung Tim Studi Kelayakan Kawasan Strategis Pariwisata Unggulan Teluk Triton, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat kembali mendapat kesempatan menjelajah wilayah tersebut. Telusur Teluk Triton kali kedua pada Minggu, 5 Desember 2021 penulis bersama peneliti senior PUPAR Ir. Putu Nila Kencana, MT menuju Kampung Lobo, Distrik Kaimana. Kampung Lobo terletak tepat di jantung kawasan Teluk Triton.

Dalam perjalanan menuju Kampung Lobo ada seabrek pertanyaan muncul di benak penulis. Ada rasa cemas bercampur dengan rasa senang. Rasa cemas mencuat di benak penulis karena pada acara Temu Stakeholder Pariwisata Kaimana 17 November 2021 saat penulis merekam pendapat pemangku kepentingan terkait kepariwisataan di Triton, para stakeholder rata-rata bicara keras, dan menggelegar meminta pembangunan pariwisata harus serius dan segera dilaksanakan di Triton. Akan tetapi, pemangku kepentingan terutama yang warga asli Kampung Lobo, Teluk Triton merasa belum mendapatkan manfaat dari pariwisata.

Dibenak penulis ini sangat kontradiktif, andaikan pariwisata itu sebuah "barang", anggaplah mobil. Jadi situasi itu dapat dianalogikan ada orang meminta agar mendapatkan mobil sesegera mungkin, namun orang itu belum paham sepenuhnya tipe dan warna mobil seperti apa yang dia ingginkan, mobil itu cocok atau tidak dengan medan di wilayah tempat tinggalnya. 

Selamat Datang di Kampung Lobo, Teluk Triton/dokpri

Di sisi lain, orang ini menyadari bahwa mobil yang dimimpikan belum tentu memberi manfaat bagi mereka. Penulis pun menarik kesimpulan bahwa warga Kampung Lobo memiliki harapan yang sangat tinggi agar sektor pariwisata dibangun di Teluk Triton, namun mereka sekaligus khawatir jika pariwisata dibangun dan berjalan baik mereka tetap hanya jadi penonton. 

Kecemasan penulis kala memasuki wilayah Kampung Lobo, selaku peneliti dengan "kualifikasi" perencanaan pariwisata tidak mampu mencarikan solusi dari situasi rumit itu. Jika solusi tepat tidak didapatkan akan menambah daftar panjang item-item kekecewaan warga Kampung Lobo.

Menikmati keindahan dan merasakan Kampung Lobo seperti berada di rumah sendiri menjadi pengalaman yang menyenangkan ketika menginjakkan kaki di rumah sendiri. Warga Kampung Lobo baik yang usia muda maupun dewasa tersenyum ramah dan bertegur sapa kepada penulis. Mereka menanyakan penulis dan pak Putu Nila Kencana itu siapa, dan maksud kedatangannya. 

Bapa Toni, staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kabupaten Kaimana dengan sigap menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika melintas di depan rumah Pace Danyel Waryensi, kami diminta mampir dan bercengkrama dibawah pohon manga dan alpokat yang rindang di halaman rumahnya. Menariknya, ketika kami beramah tamah para tetangga Pace Danyel berdatang. 

Dalam bagian awal obrolan santai tersebut, penulis menyadari bahwa Pace Danyel menjadi satu tokoh kunci dibalik maju mundurnya pembangunan Kampung Lobo. Pace Danyel adalah Ketua Bamuskam (Badan Permusyawaratan Kampung) Kampung Lobo -- di Bali (tempat asal penulis) kerap diistilahkan sebagai  BPD (Badan Permusyawaratan Desa).

Ketua Bamuskam Lobo Danyel Warensi celana biru menerima penulis di kediamannya/dokpri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline