Lihat ke Halaman Asli

Merosotnya Peminat Sepatu Lokal di Kecamatan Ciomas

Diperbarui: 6 Maret 2019   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

dokpri

Sejak dulu, perkampungan di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, memang dikenal dengan sentra pengrajin sepatu dan sandal, dan juga banyak yang berjualan sepatu hasil dari seorang pengrajin tadi.

Saat ini memang banyak sekali yang beralih profesi menjadi pengrajin sepatu dan sandal rumahan skala kecil. Tidak tau berawal dari kapan warga di perkampungan ini banyak membuka usaha kecil sebagai pengrajin sepatu. Walaupun ancaman persaingan produk luar yang membanjiri bisnis dalam negeri, ternyata masih banyak juga peminat dari buatan lokal industry rumahan Ciomas ini. Tetapi beberapa tahun belakangan ini peminat sepatu lokal ini menurun tidak sama seperti dulunya. 

Sebut saja bapak Herdison (42) yang telah menjalani usaha sepatu lokal ini kurang lebih baru dua tahun dengan dibantu oleh satu orang karyawannya untuk menjaga toko tersebut. Toko Ihsan Shoes ini berada di Jalan Raya Ciomas- Kreteg no 25.

Beliau tidak hanya menjual sepatu saja tetapi juga menjual tas anak-anak dan sandal. Beliau dulunya juga sempat berjualan kerudung dan kaset. Sekarang tidak lagi menjual kerudung dan kaset beralih ke sepatu karena di Kecamatan Ciomas sangat terkenal dengan sepatu lokalnya.

Dalam penjualan sepatu ini bapak Herdison hanya menunggu konsumen yang datang untuk membeli, bahkan beliau langsung membeli barangnya di pasar, jadi tidak memakai sistem pemesanan. Terkadang barangnya ada yang laku ada yang tidak, karena selera orang tentunya berbeda. 

Industri UKM sepatu dan sandal di kecamatan ciomas banyak menggunakan bahan kulit imitasi. Sepatu dan sandal ini dijual dengan berbagai bentuk dan ukuran mulai dari yang kecil hingga besar untuk wanita dan juga pria. 

Beliau lebih memilih buka usaha sepatu ini karena di Kecamatan Ciomas sendiri banyak pengrajin yang memproduksi sepatu buatan rumahan dan dulunya juga banyak diminati oleh orang makanya beliau tertarik untuk membuka toko sepatu.

Akan tetapi, sekarang pendapatan dari usaha tersebut menurun drastis karena peminatnya yang berkurang. Biasanya pendapatan yang dihasilkan beliau cukup banyak, sekarang pembeli dagangannya sepi jarang sekali ada yang membeli sepatu disana, ujarnya saat dijumpai ditoko sepatu miliknya, Rabu (27/02/2019). 

"Penghasilan yang saya dapatkan kalau lagi ramai berkisar antara Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 per hari, tetapi kalau lagi sepi seperti sekarang ini tidak menentu. Modal yang saya keluarkan untuk usaha sepatu ini tidak bisa dipastikan, karena saya membeli langsung sepatu lokal ini di pasar atau membeli langsung ke pengrajin. Tidak bisa dipatok biaya untuk modal hanya Rp 20.000.000- Rp 30.000.000 , berapa saja bisa dipakai untuk modal. Bahkan sampai 200 juta untuk modal usaha ini,"kata beliau. 

Beliau menggunakan hasil keuntungan yang didapatkan untuk kehidupan sehari-hari, misalnya untuk makan, kebutuhan anak dan kebutuhan yang diperlukan di dalam rumah tangga, dan juga untuk membayar utang di Bank. Keuntungannya juga bisa dijadikan untuk modal beli sepatu lagi. Tujuan beliau mendirikan usaha ini untuk mengisi waktu luang, untuk menambah pengalaman, untuk menafkahi keluarga, dan mencukupi kebutuhan keluarga. 

Selama beliau menjalankan usaha ini hambatan yang pernah dilalui hanya sekedar sulit mencari sepatu dan model-model yang lagi trend dipasaran. Namun, beliau sekarang sedang mengalami masa krisis usaha karena pembeli yang sepi dan pendapatannya yang drastis turun dari biasanya. Tantangan dalam persaingan tentunya pasti ada dengan penjual yang lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline