"Breastfeeding is not only the cornerstone of a child’s healthy development; it is also the foundation of a country’s development." - worldbreastfeedingweek.org
Awal minggu di bulan Agustus (tanggal 1 – 7 Agusus) ini rupanya dijadikan sebagai Pekan Asi Sedunia atau
World Breastfeeding Week.
Tujuannya
sendiri ternyata untuk mengingatkan kepada masyarakat dunia tentang betapa pentingnya Air Susu Ibu (ASI) bagi bayi. Dikutip
dari laman WHO, tema yang diangkat di tahun ini adalah “Breastfeeding A Key to Sustainable Development”.
Namun, saya tidak akan membahas tentang manfaat atau seluk-beluk ASI yang mungkin dengan mudah kita dapatkan di internet. Bukan ranah saya pula untuk mengingatkan para ibu menyusui bayi mereka secara eksklusif minimal 6 bulan. Saya hanya ingin sekadar bercerita sebagai seorang perempuan muda, yang masih single, belum menikah, apalagi punya anak, tentang kaitan antara perempuan dan kesiapan mereka dalam menjadi seorang ibu, terlebih untuk menyusui anak mereka. Rasanya momennya sangat pas untuk dibahas saat ini.
Cerita pertama, dari seorang perempuan yang saya kenal dekat.
Kami saling mengenal sejak masih belum fasih berjalan hingga saat ini. Selisih umur kami hanya terpaut 1 tahun dan garis nasib membawa kami pada kisah hidup yang berbeda. Dia sudah menikah dan saat berperan menjadi seorang ibu sekaligus wanita karier. Setahun yang lalu, saya sempat bertemu dengannya di masa 40 hari setelah dia melahirkan.
Rasanya agak sedikit canggung ketika kami berada di kamar, saling mengobrol, dan dia sedang menyusui bayinya. Ya, mungkin saya saja yang belum terbiasa dengan kondisi begitu. Lalu, dia bercerita tentang persalinannya dan bagaimana dia tidak menyangka akan menjadi ibu baru. Ibu muda.