Lihat ke Halaman Asli

Bali Akan Bangkrut?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam sebuah dialog interaktif pada sebuah stasiun lokal di Bali ,saya tertarik dengan pendapat seorang Profesor yang   cukup berani  dan mengejutkan.Menurutnya, dalam beberapa tahun lagi Bali akan bangkrut akibat banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk upacara keagamaan ( Agama Hindu).kalau diakui secara jujur pendapat vokal Sang Profesor yang asli Bali dan juga beragama Hindu itu  memang bukan tanpa alasan.Bayangkan untuk prosesi upacara keagamaan diperlukan biaya puluhan bahkan ratusan juta.rupiah.Biaya sebesar itu biasanya dibagi rata dikalangan angota pura (pengempon ) tanpa pertimbangan  kaya miskin atau mampu atau tidak mampu.

Satu contoh untuk sebuah prosesi upacara keagamaan "piodalan Ngenteg Linggih " yaitu upacara dengan tingkatan  istimewa diperlukan dana antara 500 juta   sampai 1 millyar  rupiah. Kalau jumlah pengempon pura 300 orang bisa dihitung berapa biaya yang harus dikeluarkan  oleh masing masing anggota.Belum lagi tenaga yang nyaris terkuras untukmenyiapkan  segala sesuatu yang diperlukan yang biasanya  sudah dikerjakan sebulan sebelum hari H

Sebetulnya dalam kitab suci Wedha tidak ada paksaan untuk menggelar prosesi upacara keagamaan yang menghabiskan biaya besar.Bahkan dalam Bhagawadgita ( Wedha kelima dari kitab suci Wedha ) ada disebutkan sbb : "Apapun yang kau bersembahkan asal disertai  ketulusan hati,persembahanmu Aku (Tuhan)terima." Berdasarkan cloka suci ini maka sudah saatnya Humat Hindu lebih  meningkatkan pemahaman agama melalui peningkatan sumber daya manusia ( SDM) Hindu dibandingkan  menghabiskan dana besar hanya untuk sebuah prosesi keagamaan  apalagi  menyusahkan anggota humat se-dharma.Memang secara formal jarang terdengar warga pengempon pura menyatakan keluhannya,namun secara fakta tidak jarang warga yang tergolong kurang mampu  terpaksa pinjam sana-sini untuk memenuhi kewajiban membayar biaya upacara.Ini  berarti  apa yang mereka persembahkan yang seyogyanya dilandasi oleh pikiran yang tulus dan iklas berbalik menjadi keterpaksaaan.Kita berharap mudah-mudahan sinyalemen yang disampaikan seorang profesor diawal tulisan ini tidak menjadi kenyataan.Semoga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline