saat membayar segelas teh hijau hangat di kafe tadi, mataku tertumbuk pada sebuah papan tulis hitam yang penuh dengan tulisan kapur warna-warni. sejenak memoriku menjadi sangat akrab dengan potret tersebut. lalu aku merasa terlempar, kembali kepada masa sekitar 17 tahun yang lalu. ketika aku masih berumur 5 tahun. aku punya papan tulis yang sama. dengan kapur warna-warni yang sama.
aku senang sekali waktu mama membelikannya. saat itu aku sedang getol-getolnya belajar menulis. tapi dasar bocah! bukannya untuk belajar menulis tapi aku gunakan kapur-kapur itu untuk menggambar.aku suka sekali menggambar gunung. entah mengapa. dan tampaknya demam menggambar gunung ini sudah menjadi demam lumrah untuk anak-anak.
aku suka sekali menggambar dua buah kerucut terbalik. aku menggambarnya dengan kapur berwarna biru. kemudian diantara dua kerucut itu aku memberi setengah lingkaran dengan garis-garis di permukaannya. warnanya kuning tentu saja. karena itu adalah matahari.
di dasar kedua kerucut, aku menggambar dua garis berkelok dengan kapur merah. aku rasa dua garis itu cukup menggambarkan sebuah jalan. kemudian saya membagi lahan kosong di kiri dan kanan dengan garis-garis melintang dan membujur, menggambar begitu banyak huruf 'V' dengan kapur warna hijau. itu sawah, maksudku.
ketika papan tulis itu sudah penuh, aku akan mengambil penghapus dan mulai menggambar lagi. dimulai dengan dua kerucut yang sama.
aku dulu suka sekali dengan kapur warna-warni itu. aku suka sekali melihatnya meninggalkan jejak di papan tulis hitamku. tidak seperti kapur putih yang terlihat membosankan. papan tulis hitamku serasa lebih hidup dengan kapur warna-warni.
sayangnya anak-anak lain juga berpikiran sama. mereka suka papan tulis hitam dan kapur warna-warni. tapi ogah membeli sendiri. papan tulis hitam kapur warna-warniku, dipaksa untuk berbagi.
*lamunan selesai, kembali ke masa kini. papan tulis hitam yang penuh dengan tulisan kapur warna-warni*
yogyakarta, 19.11.10
-belindch-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H