Lihat ke Halaman Asli

Pria Termanis dalam Hidupku

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

membaca tulisan ini membuat saya teringat oleh sesosok pria yang telah lama tiada. namanya R. Soedibyo. seorang pensiunan tentara yang pernah berjuang sampai ke timor timur. bertubuh gempal, tinggi besar dan selalu membuat saya takut.

pria itu adalah kakek saya.

(bentar yak..ngelap air mata dulu)

hhh... tak banyak kenangan yang tersisa tentang beliau. karena beliau menghadap sang pencipta ketika saya belum mampu banyak-banyak merekam peristiwa. tapi ada beberapa hal istimewa tentangnya. tentang dia dan saya.

entah mengapa saya selalu merasa bahwa beliau itu sosok yang menakutkan. menakutkan bagi anak seumuran saya saat itu berkaitan dengan "dimarahi". padahal sungguh kakek saya tak pernah marah kepada saya. tapi namanya juga anak kecil!

kakek saya itu, biasa saya panggil mbah kakung. beliau sendiri memanggil saya "sulin" (panggilan saya di rumah adalah linda).  beliau kelahiran yogyakarta. keluarganya sekarang tinggal di daerah patangpuluhan, dan selama tiga tahun ini saya hidup di jogja, saya belum pernah bertandang kesana. maklum beliau sebenarnya bukan kakek kandung saya (nenek menikah dengan beliau setelah bercerai dengan ayah mama saya), jadi saya kurang dekat dengan keluarga beliau.

tapi taukah? beliau sangat menyayangi saya dibanding dengan cucu-cucunya yang lain, walaupun saya bukan cucu kandungnya. entah mengapa. katanya beliau pernah berujar, "linda kui putuku sing paling iso boso." (linda itu cucuku yang paling pintar bahasa, maksudnya bahasa jawa krama). dalam kehidupan masyarakat jawa, bahasa krama adalah tingkatan bahasa yang paling halus. saya memang dibiasakan berbicara dalam bahasa krama oleh mama saya. mungkin karena itu.

hal-hal termanis pernah beliau lakukan untuk saya.

pernah saya sekeluarga terlambat pulang ke rumah mbah saat lebaran, padahal saat itu keluarga sudah berkumpul. mereka membuka sekotak es krim vinetta (nenek saya punya toko dan menjual es krim walls) untuk dimakan bersama. saat saya sampai, ternyata mbah kakung sengaja menyisakan sepotong es krim itu untuk saya. beliau tau saya sangat suka makan es krim.

di lain waktu, setiap kali saya pulang ke rumah mbah, setiap pagi beliau selalu mengajak saya jalan-jalan. membelikan saya sebungkus nasi teri di terminal (samping rumah nenek saya adalah terminal bus tanjung-brebes). sampai saat ini saya masih teringat rasanya.

pernah beliau menegur saya karena saya mengambil kepala ayam tapi hanya makan otaknya saja dan meninggalkan bagian-bagian lainnya. saya takut sekali saat itu. mungkin karena itulah saya menjadi agak takut kepada beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline