Lihat ke Halaman Asli

Lelaki dan Harapan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu melambat,bersama angin yang bergerak perlahan mengantarku pulang,namun tidak dengan hembus nafasku ,yang makin memburu ,berpacu dengan asap pekat egoisme peradaban sekarang.Masih tetap bertahan dijalur lambat,biarkanlah aku terlambat karna waktu tak menuntutku seperti pagiku,tak melulu tentang kecepatan,tak melulu tentang ketakutan sebelum jam berdentang aku harus datang..

Langit senja usai sudah tertimpa gelap ,langit malam berawal dari pendar cahaya mata kota ,dan aku masih berada diantara tengah-tengah kumpulan keresahan para hamba nominal yang berteriak dengan ujung  jempol .Terus bertambah pekat ,makin merapat ,antara bau keringat dan asap bersama ketidak wajaran yang menjadi wajar dan kesunyian sudah lama mati .

Pada senja yang gelisah,aku masih berjalan  dan tetap perlahan namun bukan tanpa harapan,kepada ibu ku yang bukan Ibu kotaku ,aku akan selalu ceritakan perjalanan ini kepadamu ketika pulang,cerita tentang waktu yang kini takkan bisa kau rasakan lagi,tentang jiwa-jiwa yang sunyi diantara belantara waktu,Jangan bersedih lagi ibu ,beda dimensi ini takkan membuatku lupa,semua masih setia berputar disetiap detik perjalananku tanpamu ,akupun masih ingat ketika langkah kakiku memasuki  peron,suara -suara petugas stasiun yang terlalu monoton menyebut kata yang sama , pedagang asongan yang lalu lalang  ,orang-orang yang duduk dengan ribuan harapan diantara bangku-bangku yang selalu menjadi saksi bisu,dan aku salah satu dari orang-orang dengan ribuan harapan itu,harapan untuk lari dari kenyataan pahit  yang pernah aku rasa dalam  ribuan detik bersamamu ,dan dulu aku berfikir stasiun adalah sebuah bagian terakhir dari setiap penantian dan awal dari sebuah harapan,harapan untuk membawa sebuah keadaan ini naik selangkah demi selangkah meninggalkan mendung hitam yang makin hari semakin gelap dalam kehidupan di sebuah desa yang antah berantah.

Ketika klakson kereta pun mulai meraung-raung dalam ruang  sepanjang 114  meter ,pluit petugas stasiun pun berteriak, mengabarkan kepada masinis untuk segera berjalan bersama ribuan harapan selamat sampai tujuan,tak seberapa lama terdengar roda besi itu mulai beradu dengan panjangnya rel yang akan membawaku dalam sebuah harapan yang baru fikirku..Hhmm semoga dalam hatiku berkata,sebuah doa dan harapan dari sebuah keputusasaan,diantara sempitnya ruang bordes kereta.Bau toilet didepanku yang menusuk hidung  tak bias menggangu bayangan –bayangan  yang semakin masuk fikirku bergerak di sisi terdalam rotasi kenangan itu,suara-suaramu yang memanggilku ketika aku lepas dari pandangan matamu,tak ingin aku hilang dan tertinggalkan, itu masih terasa dan begitu haru aku mengingatmu.Namun demi bintang-bintang yang kutatap dalam setiap malam sepiku aku mendiskusikan rencana lain ,rencana Mu ataukah hanya tentang ego yang inginkan kehidupan berjalan lebih baik, aku dulu tak sempat bertanya lebih jauh padamu sang empunya alam semesta.

Hari telah berganti minggu,berganti bulan langit gelap dan terang saling mengisi ,wajah-wajah  lama mulai berganti dengan wajah- wajah asing ,inikah sebuah awal perubahan? Satu titik balik  dalam harapan yang dulu selalu menganggu malamku?,seperti inikah kenyataan yang pernah aku diskusikan dulu bersama bintang-bintang ?pertanyaan2 itu pun mulai  bergantian menginterogasi hatiku..Tapi mengapa masih ada keresahan yang keluar dari dalam,meronta seakan ingin keluar,ingin meledak,hancur dan melebur dalam  otakku,dan sampai saat ini pun ketenangan belum berpihak padaku keluhku,demikianlah sampai suatu  ketika kabar menyambar bagai petir ditelinggaku dan menyeretku kembali pada ratusan kilometer ke timur,membuat seketika pikiranku kosong,tak terasa mata berkaca,rindu yang semula bergejolak pelan pun semakin kencang berpadu dengan penyesalan,bergantian bersahutan .Inikah harapan yang dulu aku impikan? Impian yang aku harapkan menjadi pondasi2 untuk membangun istana kebahagiaan untukmu ibu?.Dengan mimpi-mimpi itu aku sia-siakan saat terakhirmu berbagi udara dengan pohon-pohon didepan rumah,berbagi makanan dengan kucing-kucing lucu itu,semua itu begitu saja kulewatkan dengan mimpi-mimpiku yang akhirnya hilang ditelan deru mesin kereta yang membawaku pulang bersama penyesalan..

Kini harapan itu pun mulai tumbuh lagi seiring tahun yang berlalu ,kepergianmu meninggalkan banyak pelajaran,kekuatan,kesabaran ,arti sebuah kesendirian dan ribuan rintangan yang akan datang.

Maafkan aku ibuku tercinta,semoga kau tenang disurga,dalam dimensi yang berbeda ini aku akan terus berdoa,

BELIEVE

Kebon jeruk.2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline