Hampir setahun berlalu sejak pandemi merebak di Indonesia dan di dunia. Pandemi ini telah menjadi game changer yang 'memaksa' kita untuk mengubah kebiasaan kita ke new normal, kebiasaan-kebiasaan baru.
Ada satu hal menarik yang dapat kita pelajari dari kebiasaan ini yaitu kemampuan beradaptasi. Sudahkah kita mampu beradaptasi dengan situasi di pandemi ini?
Saya rasa ya, karena sudah setahun, kita mampu melewati keadaan sulit ini. Kita mungkin sudah terbiasa memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, menjaga kesehatan, dan lain-lain.
Mengawali kebiasaan itu bukanlah sesuatu hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan kesadaran diri dan kedewasaan untuk memahaminya dengan bijaksana. Barangkali kita masih sering lalai karena tidak terbiasa. Namun, keadaan dan kesadaran diri 'memaksa' kita untuk belajar (learn) dan patuh (obey). Welcome to the new zone. Kita dibawa keluar dari zona nyaman.
Beradaptasi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki manusia. Dengan kecerdasannya, manusia hanya membutuhkan waktu untuk dapat mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Oleh karena itu, persoalan adaptasi seharusnya tidaklah begitu sulit untuk diatasi.
Yang menjadi persoalan adalah: apakah dalam menjalani hidup di masa-masa sulit ini kita masih setia dengan tujuan hidup kita? Ataukah kita mengubah tujuan hidup kita hanya untuk bertahan dari pandemi ini? Kalau kita menyerah semisal melakukan kejahatan atau bunuh diri, saya rasa kita tidak termasuk di golongan manusia yang mampu beradaptasi tanpa mengubah tujuan hidupnya.
Di pandemi ini, banyak hal yang secara langsung mengubah hidup kita. Aktivitas kita berubah 180 derajat. Kita bekerja atau belajar dari rumah, belajar menggunakan teknologi, mengendalikan diri untuk berdiam diri di rumah, mengurangi bepergian, terbiasa bersama dengan keluarga setiap hari dan lain-lain. Apa yang kita alami, mengubah apa yang kita lakukan. "What we do are changing!".
Kita keluar dari zona nyaman dan beradaptasi pada hal-hal baru yang mau tidak mau harus kita lalui. Mengenai hal ini, saya rasa kita perlu belajar banyak dari kisah yang dialami oleh penderita covid dan penyintas covid.
Apa yang mereka alami, tentunya telah mengubah apa yang akan mereka lakukan. Sama halnya dengan para tenaga kesehatan dan pemerintah.
Pertanyaannya kemudian adalah: mengapa Anda melakukan apa yang Anda lakukan itu? Apakah dengan perubahan itu mengubah pertanyaan mengenai mengapa Anda seharusnya melakukan apa yang Anda lakukan?
Kata 'seharusnya' di sini tentunya berkaitan dengan tujuan hidup Anda. Apakah pandemi ini mengubah tujuan hidup Anda melalui apa yang Anda lakukan? Saya rasa tidak. The 'why' is not changing.