Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Menetapkan Batasan dalam Bersosialisasi

Diperbarui: 27 Juni 2022   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sering kali kita dihadapkan dengan situasi yang membuat kita merasa kecil dan bersalah sehingga kita harus mengalah. Di sisi lain, kita tahu bahwa keadaan tersebut sangat tidak menyenangkan dan tidak membuat kita nyaman. Apalagi, struktur sosial selalu mendidik kita untuk bisa mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Hal ini justru memicul munculnya-baik hubungan pertemanan, pekerjaan, atau percintaan-menjadi tidak sehat.

Untuk bisa menyikapi permasalahan tanpa harus mengurangi nilai pribadi seseorang, penting bagi kita untuk mengenal dan menetapkan batasan-batasan personal dalam hidup atau set boundaries. 

Menetapkan batasan pribadi merupakan cara mengenalkan identitas kita sebagai manusia dalam bersosialisasi sehingga orang lain tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan mereka kepada kita. Namun, hal ini justru menjadi sulit dilakukan karena sejak kecil kita belum diajarkan untuk memvalidasi perasaan dan situasi yang membuat kita nyaman dan tidak. Kita menjadi terbiasa untuk menyenangkan orang lain melulu.

Tak jarang kita cenderung melakukan hal-hal yang bersebrangan dengan nilai-nilai hidup kita, contohnya tetap hang out bersama teman karena kita tahu, teman kita akan marah pada kita jika kita tidak ikut. 

Hal lain misalnya, kita merasa pasangan kita tidak memprioritaskan kita ketika tidak menerima pesan satu hari saja. Tak bisa dipungkiri hal ini terjadi karena kita terbiasa mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan kita dan berasumsi bahwa orang lain akan melakukan hal yang sama jika kita berhasil terus-terusan menyenangkan mereka. 

Terbentuklah pola pikir bahwa kita akan bahagia, nyaman, aman, dicintai,  jika orang lain melakukan hal tertentu pada kita atau sebaliknya. Kita kemudian lupa bahwa banyak hal di luar kendali kita dan ada beberapa hal penting yang berada di bawah kontrol kita. Inilah yang membuat kita sulit mengidentifikasikan nilai-nilai hidup yang menjadi identitas kita.

Misalnya, Anda adalah pribadi yang jujur kemudian baru saja pindah ke dalam sebuah komunitas yang sudah biasa berbohong. Ketika Anda mencoba mempertahankan nilai Anda, Anda ditolak atau dikucilkan oleh komunitas tersebut dan hal tersebut bukanlah hal yang Anda inginkan, yang kemudian membawa Anda untuk menurunkan nilai pribadi Anda sehingga Anda berbohong. 

Anda menyadari bahwa hal tersebut terasa tidak mengenakkan, tetapi Anda merasa tidak sendirian dan terasing jika tidak berlaku demikian. Contoh lain adalah Anda merupakan pribadi yang tidak suka bergosip dan terbiasa bicara seperlunya saja. Ketika Anda berhadapan dengan sekelompok teman baru yang biasa menggosip dan bertanya tentang kehidupan Anda pribadi secara intens, Anda merasa tidak nyaman, tetapi di saat yang bersamaan Anda tahu inilah perjalanan baru untuk Anda yang harus dihadapi.

Hal yang menjadi kesulitan lain adalah ketika berhadapan dengan situasi bahwa seseorang menunjukkan rasa empati dan kepedulian tinggi kepada kita, padahal hal tersebut tidak membuat kita merasa nyaman. 

Kita merasa bahwa kita harus terus menerima kepedulian orang lain karena itu adalah niat yang baik dan orang akan mudah menghakimi kita karena menolak kebaikan seseorang. Kita belum diperkenalkan pada situasi kita boleh menolak dan orang lain pun belum sadar bahwa alih-alih peduli, mereka bisa saja menerobos pintu privasi seseorang.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline