Tegas. Tegas dalam hal apa? Tegas untuk apa? Tegas terhadap siapa? Tegas setiap saat? Empat pertanyaan ini harus diukur dengan empat ukuran: baik, benar, bagus dan berguna. Baik itu menyangkut Nafsu. Benar itu menyangkut Nalar. Bagus itu menyangkut Naluri. Berguna itu menyangkut Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Tegas. Tegas dalam hal apa? Hidup kita menjadi ringan dan berarti kalau tegas dalam empat hal ini, baik, benar, bagus dan berguna. Dalam hal apa? Apa saja yang kita tahu dan alami. Tegas. Terima dan laksanakan dengan tegas. Kalau kurang atau tidak baik, benar, bagus dan berguna, langsung dengan tegas, tolak. Hidup jadi mulus, tanpa beban. Kalau kurang tegas, ragu-ragu, maka hidup ibarat perahu oleng di tengah arus gelombang ganas tunggu tenggelam.
Tegas. Tegas untuk apa? Yah, untuk hidup yang penuh makna dan bermartabat di depan sesama dan TUHAN. Hasil dari tegas untuk hal yang baik, benar, bagus dan berguna ini membuat diri kita semakin berarti dan berguna di depan sesama dan TUHAN.
Tegas. Tegas terhadap siapa? Tegas terhadap diri dan sesama, siapa pun yang kita temui dalam hidup ini. Kalau sesama itu mendorong kita untuk hal yang baik, benar, bagus dan berguna, tegas terima dan laksanakan bersama. Kalau sesama itu ajak untuk hal yang kurang atau tidak baik, benar, bagus dan berguna, maka langsung tegas menolak dan menghindar. Tegas seperti inilah yang dikehendaki oleh Sang Pencipta kita, TUHAN.
Tegas. Tegas setiap saat? Ya. Tidak bisa tegas saat ini dan tidak tegas di saat nanti. Dalam istilah asing, konsisten. Tegas baik hari ini maupun besok dalam hal yang baik, benar, bagus dan berguna. Kalau mau dibelokkan, tegas, katakan tidak dan balik haluan dengan tegas tolak yang kurang atau tidak baik, benar, bagus dan berguna itu.
Tegas. Haruslah muncul julukan orang terhadap diri kita bahwa, 'Orang ini tegas'. Yah, tegas dalam pendirian, perkataan dan perbuatan untuk selalu berpikir, berkata dan berbuat yang baik, benar, bagus dan berguna di hadapan sesama dan terutama di hadirat TUHAN. Itulah namanya hidup seorang manusia yang sungguh manusia sejati. Perpaduan dalam diri, nilai duniawi dan surgawi, manusiawi dan ilahi, fana dan abadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H