Lihat ke Halaman Asli

Anton Bele

PENULIS

Satu

Diperbarui: 13 Oktober 2022   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Satu. Satu itu angka. Patokan untuk hitung-menghitung. Kalau tempatkan nol di depan satu, biar berapa pun, tetap satu. Contoh: 000,000,1. Ini tetap satu. Tapi kalau angka 1 ditempatkan di depan? 1.000.000. Jadi satu juta. Ini main angka, tapi punya makna yang dalam. Lambang nol, 0, sering disebut kosong. Diri kita ini satu. Satu yang terdiri dari empat unsur: Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011). Satu kesatuan. Kalau Nafsu inginkan sesuatu tanpa ada kerjasama dengan tiga yang lain, maka itu sama dengan nol di depan angka satu. Nafsu tidak terpuaskan. Bermacam-macam keinginan itu, kalau keinginan yang bukan-bukan,  adalah ibarat lambang 'nol' yang ditempatkan di depan angka satu, maka angkanya tetap satu. Kalau keinginan dari Nafsu itu masuk akal, Nalar, selaras dengan tata-krama, Naluri, sejalan dengan Hukum TUHAN, Nurani, maka angka satu di depan dan nilainya bisa sepuluh, 10, seratus, 100, seribu, 1.000, malah sejuta, 1.000.000 atau lebih. Inilah kepuasan sejati.

Hidup kita ini tidak boleh tetap satu, harus berlipat ganda. Makanya kita manusia ini pun tidak tunggal tapi beranak-cucu. Nafsu menghasilkan rasa senang, Nalar menghasilkan rasa gembira, Naluri menghasilkan rasa puas, Nurani menghasilkan rasa bahagia. Empat rasa ini: senang+gembira+puas+bahagia adalah empat nol yang ditempatkan sesudah angka satu maka terlihat nilai 10.000.  Saya, anda, dia, kita, tidak boleh terjebak dengan permainan angka ini. Filsafatnya jelas, telusuri nilai terdalam dari angka-angka ini, tidak sebatas satu, sepuluh atau sejuta. 

Satu itu tanda himpunan bahagian-bahagian demi bahagian. Pribadi diri kita manusia pun satu, terdiri dari empat unsur, Nafsu+Nalar+Naluri+Nurani. Hal ini sengaja diulang terus-menerus untuk peningkatan kesadaran diri tentang satunya empat unsur ini yang tak boleh diabaikan yang satu dengan yang lain. Kalau diri saya terdiri dari empat itu yang menyatu, maka diri-diri yang lain pun demikian. Di sinilah letaknya filsafat angka satu, kita semua manusia ini satu. Satu antara kita, satu dengan alam dan satu dengan TUHAN. 

Satu dalam kesatuan inilah yang namanya hidup. Satu untuk sementara dan satu untuk selama-lamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline