Hidup itu satu. Kalau pada tahun 2021 ada delapan milliard manusia bukan berarti ada delapan milliard hidup yang dibagikan kepada tiap-tiap orang itu. Tidak. Hidup itu satu saja yang dihidupi secara bersama. TUHAN, sumber dan Pemilik kehidupan tidak bagi-bagi hidup itu kepada tiap orang. Satu orang diciderai hidupnya sama artinya dengan menciderai seluruh umat manusia. Atas dasar satunya hidup itulah kita manusia ini harus menghargai dan memelihara hidup itu secara bersama. Manusia Afrika sama dengan manusia Amerika karena sama-sama menghidupi hidup yang sama dan satu. Ada perbedaan, benar. Manusia di kawasan Eropa beda dengan manusia di kawasan Asia. Itu tidak berarti ada manusia di belahan bumi tertentu lebih tinggi dan lebih mulia dari manusia di belahan bumi yang lain. Pandangan dan perasaan diri lebih dari manusia lain inilah yang menjadi sumber saling menjajah dan saling menjegal yang terjadi selama ini. Tega sekali sekelompok manusia mengangkat senjata menghabiskan manusia lain sesuka hati.
Hidup itu satu. Setiap manusia diberi TUHAN empat bahagian atau empat unsur yang sama. Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani adalah empat unsur yang diberi TUHAN kepada setiap manusia. Tidak ada satu manusia yang diberi lebih atau kurang. Sama. (4N, Kwadran Bele, 2011). Pengembangan dan penggunaan 4N inilah yang berbeda dari pribadi ke pribadi, dari kelompok ke kelompok. Sumber kekacauan ada di sini. Dalam keluarga saja antara suami dan isteri ada perbedaan penyaluran 4N ini. Nafsu hidup dari suami tidak sama dengan nafsu hidup yang ada dalam isteri. Tapi sama-sama ada hidup dan harus hidup. Biar beda tapi hidup itu satu. Kalau suami atau isteri mati, hidup tidak hilang. Hidup tetap ada dalam bentuk yang lain dalam diri pribadi yang mati itu. Mati adalah ungkapan tentang beralihnya pribadi dari hidup yang nyata kelihatan dalam alam ini ke alam tanpa ikatan alam. Tiap pribadi yang hidup tetap hidup tanpa ada akhir. Hidup yang dibatasi dalam alam ini dilanjutkan dalam alam yang tidak terbatas lagi oleh ruang dan waktu.
Tiap manusia itu tetap ada dalam kancah hidup yang sama dan satu. Nalar kita yang terbatas ini tidak mampu untuk memahami bentuk dan cara hidup yang sudah beralih kepada hidup yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu itu. Jawabannya ada secara tersamar dalam kesadaran tentang adanya TUHAN Yang menjadi asal dan tujuan hidup kita manusia ini. Kesadaran tentang adanya TUHAN itulah yang terungkap dalam berbagai Agama.
Hidup ini satu. Kita semua manusia ini satu dan disatukan dalam DIRI TUHAN Sang Pemilik Hidup itu sendiri. Makanya setiap kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup yang ada dalam diri dan sesama kita serta alam sekitar yang jadi penunjang hidup kita. Syukuri hidup. Itu kewajiban kita manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H