Lihat ke Halaman Asli

Anton Bele

PENULIS

Hidup dari Sudut Filsafat (9)

Diperbarui: 23 Februari 2021   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Rawat hidup.  Memangnya hidup itu sakit sehingga harus dirawat? Sakit apa? Rawat bisa dua maksud. Rawat supaya tetap sehat dan jangan sakit. Kalau sakit, rawat supaya sembuh dan sehat lagi. Yang sehat juga dirawat,yang sakit juga dirawat. Tujuannya cuma satu, hidup harus tetap sehat. Hidup adalah keadaan manusia yang begerak antara awal dan akhir. 

Awal dan akhir dari hidup manusia itu adalah TUHAN. Hidup yang ada dalam diri manusia tidak ada dengan sendirinya. Ada yang diadakan. Oleh siapa? Oleh TUHAN. Yang ini jangan diperdebatkan lagi. Sangkali boleh dan bisa. Tapi kebenaran bahwa hidup itu dari dan oleh TUHAN tetap tak terbantahkan. Hidup itu diberi kepada manusia dan tugas manusia, rawat hidup agar tetap sehat.

Rawat hidup artinya rawat empat unsur dalam hidup. Unsur pertama, nafsu. Nafsu harus dirawat, dalam arti dijaga supaya tidak seenaknya saja. Contoh: Makan itu ikut tiga syarat: jenis, jumlah dan jadwal. (3 J). Rawat nafsu dalam hal makanan itu jaga jenis makanan yang bergizi. Jumahnya tidak kurang tidak lebih, pas-pas. Jadwal tetap, tidak makan setiap waktu atau sembarang waktu. Ini yang namanya rawat hidup dari segi nafsu, contohnya makan.

 Nafsu dalam arti keinginan apa saja harus dirawat, dijaga supaya hidup sehat. Nalar juga harus dirawat. Cari pengalaman dan pengetahuan yang benar dan berguna. Ini namanya rawat nalar supaya tetap segar. Naluri juga harus dirawat dengan cara bergaul dengan sesama secara santun dan ada manfaat saling menolong. 

Naluri jadi sehat karena dirawat. Nurani juga harus dirawat. Bagaimana? Cari tempat teduh, waktu sunyi, ambil sikap tenang, ingat apa yang sudah dibuat, lalu renungkan, timbang, baik atau buruk. Ini cara-cara sederhana rawat hidup. Empat unsur itu yang dirawat, supaya tetap sehat, segar, murni. Kalau ternoda, bersihkan dengan pulihkan lagi, buat niat baru lalu laksanakan, hindari yang buruk lakukan yang baik. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup yang terawat nampak pada diri kita manusia pada wajah, sorot mata, gerak-gerik. Tidak ada kepura-puraan, tidak ada kegelisahan, tidak ada kecurigaan. Rawat hidup tidak hanya rawat tubuh. Pakai segala macam perhiasan, siram berbagi wewangian,  baik untuk jaga penampilan, tapi itu belum berarti rawat hidup. Malah pamer kekosongan hidup. Hidup itu  yang kita-kita hidupi, saya, anda, dia, kita. Rawat hidup itu bukan hanya hidup diri sendiri, tapi hidup sesama pun harus dirawat, tidak saling mengganggu, saling merawat sehingga bilang sejahtera itu, bukan sendiri  tetapi bersama dalam TUHAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline